Artinya, pengguna tidak perlu lagi membeli HP unggulan untuk menikmati dukungan perangkat lunak jangka panjang.
![Ilustrasi HP Android. [Unsplash/Andrey Matveev]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/08/20/84907-ilustrasi-hp-android.jpg)
3. Desain premium tidak praktis
Ponsel unggulan sering kali mengutamakan estetika, dengan bagian belakang kaca, rangka baja tahan karat, dan bezel yang sangat tipis. Meskipun material ini tampak hebat, namun ada kekurangan praktisnya.
Faktanya, HP dengan bagian belakang kaca lebih rentan pecah saat terjatuh dan biaya perbaikan perangkat unggulan dapat mencapai ratusan ribu.
Di sisi lain, ponsel kelas menengah sering kali menggunakan rangka plastik yang lebih tahan lama. Plastik lebih tahan jatuh daripada kaca an juga lebih murah untuk diganti jika rusak.
4. Daya tahan baterai tidak selalu lebih baik
Pengguna mungkin berpikir menghabiskan Rp 10 juta atau lebih akan memberikan gawai dengan daya tahan baterai yang tak tertandingi, tetapi itu tidak selalu terjadi. Perangkat andalan sering kali menyertakan layar beresolusi tinggi dan prosesor yang haus daya. Pada akhirnya, ini akan menguras baterai lebih cepat.
Di sisi lain, ponsel kelas menengah memiliki keseimbangan yang lebih baik. Beberapa menawarkan daya tahan baterai sepanjang hari tanpa mengurangi kualitas.
5. Beli model lama
Baca Juga: Perbandingan Spesifikasi Samsung Galaxy A16 4G vs OPPO A60, Duel HP Murah di Bawah Rp 3 Juta
Jika pengguna benar-benar menginginkan pengalaman dalam menggunakan HP flagship, maka pengguna tidak perlu membeli model yang paling terbaru. Model premium sering kali harganya turun secara signifikan setelah satu atau dua tahun, sehingga menawarkan pengalaman premium yang sama dengan harga yang lebih murah.