Indonesia Butuh Dorongan Infrastruktur Digital dalam Kejar Ketinggalan Teknologi 5G

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 12 Desember 2024 | 21:56 WIB
Indonesia Butuh Dorongan Infrastruktur Digital dalam Kejar Ketinggalan Teknologi 5G
Ilustrasi Jaringan 5G. [Torstensimon/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perkembangan teknologi 5G Indonesia diperlukan dorongan dari infrastruktur.

Hal ini disampaikan Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sigit Puspito Wigati Jarot.

 "Infrastruktur digital di Indonesia perlu didorong untuk meningkatkan konektivitas berkualitas untuk mengembangkan generasi yang bertalenta digital," katanya dalam diskusi Indotelko Forum di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Dia menambahkan, saat ini Indonesia menghadapi keterlambatan pengembangan 5G yang levelnya baru sampai 30 megabit per detik, tertinggal dari negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Baca Juga: Vivo Diprediksi Siapkan Submerek Anyar, Punya Nama 'Jovi'?

"Selain itu, kualitas koneksi 5G di Indonesia juga tertinggal 5 tahun serta fiberisasi masih di kisaran 15 persen dan targetnya tahun 2030 mendekati 30 persen," imbuh Sigit.

Menurutnya, peningkatan kualitas koneksi 5G bukan hanya tugas operator tapi juga negara yang membutuhkan konektivitas yang berkualitas. 

Ilustrasi transformasi digital. [Antoni Shkraba/Pexel]
Ilustrasi transformasi digital. [Antoni Shkraba/Pexel]

"Infrastruktur yang berkualitas juga akan mendukung pengguna internet yang saat ini penetrasinya mencapai 80 persen," ujar dia.

Salah satunya dengan meningkatkan teknologi fiberisasi dan pengembangan 5G.

Hal ini menurutnya, akan memberikan kesempatan talenta digital generasi berikutnya untuk berkembang, mereka bisa berinovasi artinya digital savvy.

Baca Juga: Daftar Harga HP Realme Terbaru Desember 2024, Cek Apa Saja yang Turun!

Selain itu gambaran transformasi digital juga merangkum aspek ekonomi digital yang perlu perhatian besar dalam mengukurnya. 

"Untuk menjamin transformasi digital juga perlu memperbarui regulasi yang relate dengan era digital dan merangkul ekosistem di sekitarnya agar lebih sustain secara pertumbuhan, pembelajaran dan persaingan," beber Sigit.

Dia menjabarkan, regulasi digital minimal adaptif dan kolaboratif melibatkan semua, kerja sama dengan stakeholder, yang dipakai pendekatan ekosistem.

"Makin banyak keterlibatan ekosistem makin seneng kan semua kepentingan ada di situ," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI