Suara.com - Di era digital, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin memainkan peran penting dalam dunia jurnalistik. Karena itu, kekinian dibutuhkan pelatihan-pelatihan untuk para jurnalis agar bisa memahami serta memaksimalkan pemanfaatan AI di ruang redaksi.
Workshop AI for Newsroom digelar di kantor redaksi Suara.com di Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (11/12/2024). Pelatihan tersebut diampu oleh pemateri Eva Danayanti selaku Country Manager International Media Support (IMS).
Dalam pelatihan tersebut, Eva Danayanti menunjukkan beberapa pemanfaatan AI di ruang redaksi. Meski menggunakan AI, di beberapa media, posisi editor tetap dipegang oleh manusia. Alhasil, AI hanya merupakan tools atau alat untuk menunjang pekerjaan di redaksi.
Media global seperti express.de dari Jerman dan L'Economica, misalnya, telah memanfaatkan AI sebagai bagian integral dari redaksi mereka. Di express.de, salah satunya, hampir semua reporter dan penulis di perusahaan ini adalah AI. Namun, posisi editor tetap dipegang oleh manusia.
"Tetap ada manusia yang mengawasi kerja AI sebagai reporter," jelas Eva Danayanti. "Ini membuktikan bahwa meskipun AI mengambil peran signifikan, kendali tetap berada di tangan manusia."
Menurut Eva, salah satu keunggulan utama AI adalah kemampuannya dalam personalisasi konten. Media seperti TIME memanfaatkan ChatGPT untuk menganalisis hingga 200 juta halaman arsip guna membuat kuis yang tidak hanya edukatif tetapi juga melibatkan pembaca secara mendalam. Dengan AI, imbuh dia, media dapat menghasilkan artikel yang sesuai dengan preferensi individu pembaca, sehingga meningkatkan keterlibatan mereka.
Nggak cuma itu, tidak sedikit perusahaan yang saat ini sudah memanfaatkan AI dalam pembuatan berbagai konten, seperti generasi gambar, suara, transkrip, hingga podcast.
Google NotebookLM, misalnya, memungkinkan pembuatan podcast hanya dengan memberi perintah sederhana. Ini menunjukkan potensi AI untuk menyederhanakan tugas teknis dan memperluas kreativitas dalam jurnalisme.
Beberapa contoh implementasi AI secara global ditampilkan dalam workshop tersebut. Untuk personalisasi konten, media Argentina Clarin menggunakan UALTER AI untuk menyediakan konten yang relevan dengan kebiasaan pembaca. Teknologi ini memungkinkan setiap pembaca mendapatkan pengalaman yang disesuaikan.
Baca Juga: Tidak Kalah dari Android, Tim Cook Akui Apple Sudah Kembangkan AI Sejak 2017
Lain halnya dengan TIME. Media ini menciptakan kuis berbasis arsip berita yang menggugah rasa ingin tahu pembaca, memadukan pendidikan dengan hiburan. Sementara, Google NotebookLM merancang percakapan khas podcast dengan kecepatan tinggi, menjadikan produksi konten audio lebih efisien.
Meskipun AI menawarkan banyak manfaat, ada kendala yang perlu diwaspadai, seperti kecenderungan "halusinasi AI"—di mana AI memberikan informasi yang tidak akurat atau kurang relevan. Hal ini menuntut peran editor manusia untuk memeriksa fakta dan menjaga kredibilitas konten.
"Kita sebagai manusia tetap memegang kendali. Jadi, tetap kita yang memberi prompt," kata Eva.
Selain itu, keamanan data menjadi isu utama. Dengan AI yang mengandalkan data pembaca untuk personalisasi, penting bagi perusahaan media untuk memastikan bahwa data pribadi pengguna dilindungi dari penyalahgunaan.
Integrasi AI dalam jurnalistik tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memperkaya pengalaman pembaca. Teknologi ini memungkinkan ruang redaksi untuk mempercepat produksi berita, memperluas audiens, dan menciptakan keterlibatan yang lebih personal. Namun, peran manusia tetap krusial dalam mengarahkan, mengawasi, dan memastikan akurasi konten yang dihasilkan AI.
Dengan memanfaatkan potensi AI secara bijak, industri jurnalistik dapat terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pembaca yang semakin dinamis. AI bukan pengganti jurnalis, melainkan mitra yang memperkuat dan melengkapi kemampuan manusia dalam menyampaikan informasi.