Suara.com - Antropolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Hilman Handoni, menjelaskan bahwa kemiripan budaya antar daerah di Nusantara tidak lepas dari interaksi masyarakat yang terjadi sebelum konsep batas administratif dikenal.
“Di masa lalu, batas wilayah seperti sekarang belum ada, sehingga masyarakat bebas berinteraksi dengan kelompok lain,” ujarnya.
Hilman memberikan contoh menarik desain perahu tradisional di Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Menurutnya, ada kemiripan mencolok di antara ketiganya.
“Ada kemiripan antara perahu Maluku Utara dengan Maluku, dan bisa jadi perahu Maluku juga mendapat pengaruh dari perahu lesung bercadik Papua. Jadi, ada proses saling memengaruhi,” kata Hilman saat berbicara di Museum Kebaharian Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Pengaruh Kolonialisme dan Konsep Modern
Hilman menjelaskan bahwa konsep batas wilayah adalah produk modern yang muncul karena kolonialisme bangsa Eropa, yang kemudian dilanjutkan oleh Republik Indonesia.
Sebelum itu, masyarakat Nusantara hidup dalam tatanan yang lebih kosmopolitan, saling terhubung tanpa batas.
Sebagai contoh, Hilman menyebut orang Bajau, yang sering dianggap sebagai pengelana laut.
“Orang Bajau itu kosmopolit. Di abad ke-19, ada pelaut Bajau yang tertangkap di Brunei. Saat ditanya, ia mengaku sedang mencari sepatu untuk istrinya di Singapura. Ini bukti betapa luas interaksi mereka,” paparnya.
Baca Juga: Penemuan Patung Cleopatra di Mesir, Waja Asli Sang Ratu Kini Terungkap!
Indonesia, Persimpangan Budaya Dunia