Suara.com - Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa serangga suka sekali berkerumun di sekitar lampu?
Fenomena ini memang terlihat sederhana, tapi siapa sangka para ilmuwan ternyata masih sibuk mencari jawabannya.
Selama ini, banyak teori populer yang berkembang, mulai dari serangga mengira lampu sebagai bulan, hingga panas dari lampu yang dianggap menarik perhatian mereka.
Tapi… apakah semua teori ini benar?
Mengutip dari scienceabc.com penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Januari 2024 oleh tim ilmuwan dari Inggris, Amerika Serikat, dan Kosta Rika membongkar teori-teori lama tersebut.
Baca Juga: Cerita 4 Perempuan Peneliti Hadirkan Solusi dari Tantangan Dunia Melalui Sains
Dan hasilnya? Mengejutkan!
Bukan Karena Panas, Bukan Juga Karena Mirip Bulan
Selama bertahun-tahun, orang percaya bahwa serangga terbang menuju cahaya karena mengira lampu sebagai petunjuk navigasi seperti bulan atau bintang.
Ada juga yang berpendapat mereka mendekati cahaya karena ingin mencari panas. Namun, data terbaru membantah semua itu.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Samuel T. Fabian dari Imperial College London menggunakan teknologi kamera canggih untuk melacak jalur terbang serangga.
Baca Juga: Vitamin D Bisa Turunkan Tekanan Darah pada Lansia Obesitas, Ini Penjelasan Peneliti
Mereka mempelajari 30 serangga dari empat spesies berbeda, termasuk capung dan ngengat besar seperti Lorquin’s Atlas Moth (Attacus lorquinii).
Ada juga Capung Common Darter (Sympetrum striolatum), capung Migrant Hawker (Aeshna mixta), Large Yellow Underwing (Noctua pronuba),
Hasilnya? Serangga ternyata tidak terbang lurus menuju cahaya, tetapi mengorbit mengelilinginya atau bahkan terbang terbalik di atas lampu!
Jika panas yang menjadi daya tarik utama, seharusnya mereka hanya tertarik pada lampu pijar. Namun, penelitian ini menemukan serangga tetap mendekati lampu LED yang tidak panas sama sekali.
Cahaya Jadi Panduan “Atas” dan “Bawah”
Lalu, apa yang sebenarnya membuat serangga tertarik? Jawabannya adalah: orientasi ruang.
Serangga menggunakan cahaya untuk menentukan mana yang “atas” dan “bawah”.
Dalam lingkungan alami, langit malam selalu lebih terang dibandingkan tanah, sehingga serangga secara naluriah mengarahkan punggungnya ke arah langit.
Ini dikenal sebagai respons cahaya punggung.
Namun, ketika mereka melihat lampu buatan yang terang, mereka menjadi bingung.
Lampu tersebut tampak seperti “langit kecil” yang muncul di dekat mereka, sehingga serangga kehilangan orientasi dan akhirnya berputar-putar di sekitar lampu.
Bukti Baru, Solusi Baru
Penelitian ini bukan hanya soal menjelaskan perilaku serangga, tapi juga bisa membantu kota-kota mengurangi dampak negatif pencahayaan buatan terhadap populasi serangga.
“Pengurangan cahaya yang terang, tidak terlindungi, dan menghadap ke atas dapat membantu mengurangi gangguan terhadap serangga malam,” kata para peneliti.
Mengapa ini penting? Karena serangga, terutama ngengat, memainkan peran penting dalam ekosistem sebagai penyerbuk tanaman dan sumber makanan bagi hewan lain.
Polusi cahaya yang tidak terkendali dapat mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut.
Jadi, lain kali saat kamu melihat serangga berkerumun di sekitar lampu, ingatlah bahwa mereka bukan sekadar tertarik pada cahaya, melainkan sedang mencari arah!
Bagaimana menurutmu? Haruskah kita mulai memikirkan lampu ramah serangga di kota-kota kita?