Suara.com - Penemuan baru dari ilmuwan menunjukkan kemungkinan keberadaan kehidupan di Mars pada masa lalu.
Dikutip dari Unilad, Tim peneliti dari Universitas Politeknik Hong Kong menemukan bukti yang menyerupai garis pantai kuno di wilayah Utopia Planitia Mars, yang menunjukkan bahwa planet tersebut mungkin pernah memiliki lautan.
Bukti Keberadaan Air di Mars
Penelitian terbaru yang diterbitkan pada 7 November 2024, menggunakan data dari penjelajah Mars milik Tiongkok, Zhurong, yang mendarat di Mars pada Mei 2021.
Baca Juga: Bruno Mars Tengah Pertimbangkan Tampil di Panggung MAMA Awards 2024
Temuan tersebut mencatat adanya formasi geologi unik, seperti kerucut berlubang akibat aktivitas gunung berapi lumpur, serta konsentrasi kawah dengan ejekta menyerupai panekuk, palung poligonal, dan aliran terukir. Semua indikasi ini mengarah pada keberadaan air di Mars di masa lalu.
Para ilmuwan meyakini bahwa lautan Mars ini menghilang sekitar 260 juta tahun yang lalu. "Penemuan ini memberikan wawasan penting tentang evolusi geologi Mars, terutama pada wilayah selatan Utopia Planitia yang mungkin pernah menjadi zona pantai," ungkap salah satu peneliti.
Mars: Planet yang Mirip dengan Bumi Purba
Sejak abad ke-19, Mars telah menarik perhatian para ilmuwan karena kemiripannya dengan Bumi purba. Kehadiran cairan di masa lalu menjadi alasan utama mengapa Mars dianggap lebih layak huni dibandingkan planet seperti Venus atau Saturnus.
Semua makhluk hidup diketahui membutuhkan air untuk bertahan hidup, sehingga keberadaan cairan menjadi fokus utama penelitian.
Baca Juga: Ini Daftar Lagu yang Dibanned Korea Selatan Selain APT Rose Bruno Mars, Ada Suju!
Penemuan sebelumnya pada Agustus 2024 juga mengungkap keberadaan reservoir air yang terletak beberapa mil di bawah permukaan Mars. Namun, akses ke reservoir ini sulit mengingat lokasinya berada sekitar 12 mil di dalam susunan planet tersebut.
Tantangan dan Harapan Misi ke Mars
Penemuan ini memperkuat harapan bahwa Mars suatu hari nanti dapat menjadi target eksplorasi manusia. Namun, tantangan besar menghadang, termasuk dampak perjalanan antariksa terhadap tubuh manusia.
Penelitian awal tahun ini mengungkap bahwa perjalanan ke Mars dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, terutama pada ginjal astronot. Dr. Keith Siew, peneliti utama, menyatakan, "Astronot dalam misi luar angkasa pendek telah melaporkan peningkatan masalah seperti batu ginjal. Namun, dalam misi lebih panjang seperti ke Mars, risikonya bisa meningkat signifikan."
Siew menambahkan, "Jika cara perlindungan ginjal tidak ditemukan, astronot mungkin memerlukan dialisis dalam perjalanan pulang dari Mars."
Langkah Menuju Masa Depan
Penemuan terbaru ini menegaskan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi kehidupan di Mars serta persiapan untuk eksplorasi manusia di masa depan. Meskipun tantangan besar menanti, impian untuk menjelajahi dan mungkin suatu hari tinggal di Planet Merah tetap menjadi motivasi utama komunitas ilmiah global.