Suara.com - Wikipedia ID (Wikipedia Indonesia) membagikan utas tentang sosok Firaun Akhenaten. Utas tersebut viral di X usai memperoleh ratusan komentar dari netizen.
Utas tersebut juga disertai dengan potret foto patung yang memperlihatkan sosok diduga Akhenaten.
"Akhenaten pernah memindahkan ibu kota dinasti dari Thebes ke Amarna untuk memuja Aten," tulis akun X Wikipedia Indonesia (@idwiki).
Utas tersebut viral setelah mendapat 2.100 repost dan 7.800 tanda suka. Uniknnya, netizen menganggap bahwa sosok penguasa Mesir Kuno itu mirip tokoh di Indonesia, dengan penuturan komentar bernada sarkastik.
Baca Juga: Candi Muaro Jambi: Pesona Sejarah yang Kian Memukau Pasca Revitalisasi
"Njir ada Ngutangkhamun," tulis @as**kl*pau.
"1334 SM itu artinya sebelum Mulyono ya," cuit @g**rim*lia.
"Wajahnya mirip banget sama Jokowi," cuap @mu**jir_m**amat.
Sejarah Akhenaten
Akhenaten merupakan Firaun Mesir Kuno yang memerintah kira-kira tahun 1353-1336 atau 1351-1334 SM (Sebelum Masehi). Sebelumnya, Mesir Kuno terkenal menganut Politeisme. Perlu diketahui, Politeisme merupakan kepercayaan atau penyembahan kepada banyak dewa atau Tuhan.
Baca Juga: Sejarah Stadion GBK: Awalnya Bukan Senayan yang Dipilih Soekarno
Meski begitu, di masa pemerintahan Akhenaten (dikenal sebagai Amenhotep IV), ia menerapkan penyembahan yang berpusat pada satu dewa yaitu Aten (Dewa Matahari).
Dikutip dari American Research Center In Egypt (ARCE) dan Wikipedia, Akhenaten adalah sosok Firaun yang menciptakan pergolakan sosial, politik, dan agama di masanya.
Ia merupakan satu dari sedikit Firaun Mesir Kuno yang mampu memecah belah dinasti. Dalam waktu kurang dari dua dekade di atas takhta, Akhenaten menerapkan aspek-aspek baru agama Mesir dan merombak gaya artistik kerajaannya.
Ia juga memindahkan ibu kota Mesir Kuno ke lokasi yang sebelumnya tidak berpenghuni, menerapkan bentuk arsitektur baru, dan berupaya menghapus nama dan gambar beberapa dewa tradisional Mesir.
Mengingat kebijakan yang sangat kontroversial, beberapa Firaun setelahnya mencoba menghapus jejak Akhenaten. Monumen Akhenaten dibongkar dan disembunyikan serta patung peninggalannya turut dihancurkan.
Akhenaten hampir hilang dari sejarah hingga ditemukannya Amarna pada akhir abad ke-19, atau Akhetaten, ibu kota baru yang ia bangun untuk memuja Aten. Dokumen kuno turut mengungkap perubahan nama Firaun tersebut. Amenhotep IV mengubah gelar kerajaan untuk menunjukkan pengabdiannya kepada Aten.
Dia tidak lagi dikenal sebagai Amenhotep IV dan dikaitkan dengan dewa Amun, melainkan dia akan sepenuhnya mengalihkan pengabdiannya kepada Aten. Ia lantas dikenal sebagai Akhenaten.
Usai mengubah gelar kerajaan, Akhenaten langsung membuat ibu kota baru. Ia memindahkan ibu kota dinasti dari Thebes ke Amarna untuk memuja Aten.
Ibu kota anyar diberi nama sebagai Akhetaten. Kota ini dibangun dengan cepat, berkat metode konstruksi baru yang menggunakan balok-balok bangunan yang jauh lebih kecil daripada periode Firaun sebelumnya.
Akhenaten digambarkan sebagai pemimpin yang misterius, revolusioner, dan idealis (positif). Di sisi lain, ia juga dianggap sebagai gila, fanatik, dan sesat.