Indonesia Jadi Sasaran Empuk Serangan Phishing Finansial

Dythia Novianty Suara.Com
Rabu, 20 November 2024 | 09:50 WIB
Indonesia Jadi Sasaran Empuk Serangan Phishing Finansial
Ilustrasi Phising. [Freepik]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dari Januari hingga Juni 2024, teknologi anti-phishing Kaspersky mendeteksi sebanyak 336.294 serangan phishing yang diluncurkan ke berbagai organisasi dan bisnis di Asia Tenggara. 

Serangan tersebut meniru merek e-commerce, perbankan, dan pembayaran dan ditujukan untuk mencuri kredensial dan data sensitif lainnya.

Serangan phishing finansial meningkat pesat di kawasan ini karena para pelaku kejahatan siber terus berevolusi dan mengadaptasi taktik mereka, sehingga menjadi canggih. 

Jumlah serangan meningkat sebesar 41 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, didukung oleh peningkatan adopsi digital dan penggunaan kecerdasan buatan serta otomatisasi oleh para penjahat siber untuk menghasilkan konten yang meyakinkan dan menargetkan korban secara lebih efektif.

“Jumlah korban potensial bertumbuh besar selama beberapa tahun terakhir mengingat meningkatnya penggunaan layanan perbankan daring dan keuangan digital,” kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Menurutnya, para ahli Kaspersky mengaitkan peningkatan tajam ini dengan pertumbuhan aktivitas penipuan, dan bukanlah akibat penurunan kewaspadaan pengguna. 

Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)
Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)

“Para pelaku kejahatan siber menjadi lebih agresif dalam mengejar data dan uang pengguna, termasuk yang berasal dari perangkat perusahaan,” tambah dia dalam keterangan resminya, Rabu (20/11/2024).

Phishing finansial adalah jenis phishing yang merujuk pada sumber daya penipuan yang terkait dengan perbankan, sistem pembayaran, dan toko digital.

Melalui penipuan finansial, penyerang memanipulasi korban untuk membocorkan informasi pribadi dan berharga mereka seperti kredensial login ke akun finansial, serta informasi pribadi atau perusahaan lain yang tersimpan di akun tersebut. 

Baca Juga: Penjahat Siber Manfaatkan Peluncuran Film Joker: Folie Deux Melakukan Serangan Phising

Mereka menggunakan skema rekayasa sosial canggih yang menyamar sebagai lembaga keuangan untuk menipu, menimbulkan ketakutan, dan mendesak korban, dan dalam beberapa kasus menyamar sebagai organisasi amal untuk mengelabui korban agar memberikan sumbangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI