Suara.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada dan siap siaga untuk menghadapi cuaca ekstrem hingga potensi bencana hidrometeorologi di Indonesia.
Ia beralasan kalau saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim penghujan. Bahkan adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025.
"Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi," ungkap Dwikorita, dikutip dari siaran pers, Jumat (8/11/2024).
Dwikorita mengatakan, Pemerintah juga harus meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.
Selain itu perlu juga dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto mengungkapkan bahwa saat ini sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera, sebagian Kalimantan dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat telah memasuki musim hujan.
Namun untuk wilayah Pulau Jawa lainnya diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II November 2024.
"Baru saja masuk musim penghujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi seperti banjir dan tanah longsor yang terjadi di Bogor dan Sukabumi Jawa Barat. Karenanya, kami menghimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah," ungkap dia.
Guswanto menjelaskan, berdasarkan hasil analisa mingguan BMKG, terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir atau angin kencang selama sepekan ke depan (7-12 November 2024).
Baca Juga: La Nina Tanda Musim Apa? Waspada Kegiatan di Luar Rumah dan Rawan Bencana
Kondisi ini, kata dia, terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika atmosfer di Indonesia yang berdampak pada potensi peningkatan intensitas hujan di sejumlah wilayah.
Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, namun juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.
"Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini. Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk," pungkasnya.