Suara.com - Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) sukses membuat alat pendeteksi dini kematian jantung mendadak bernama Portable Kit D-Dimer Level Detector untuk membantu penderita kardiovaskular dengan risiko sudden cardiac death.
Alat yang dikembangkan tim mahasiswi UB yang bernama Solyd Ias ini pun berhasil mengantarkan mereka menjadi juara pertama kategori universitas di Samsung Solve for Tomorrow (SFT) 2024 , sebuah kompetisi sains, STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) tahunan bergengsi yang diselenggarakan Samsung.
Safina Amelia Khansa selaku perwakilan tim Solys Ias bercerita kalau alat ini dikembangkan sejak 2020 lalu. Tujuannya, mereka berkaca dari kematian Ashraf Sinclair yang merupakan mantan suami Bunga Citra Lestari.
"Kami terinspirasi dari Ashraf yang meninggal tiba-tiba padahal beliau aktif berolahraga. Hal yang kami tahu adalah beliau meninggal karena sudden cardiac death (SCD) atau kematian jantung mendadak, jadi saat tidur beliau meninggal," kata Safina saat konferensi pers bersama Samsung Indonesia di Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Baca Juga: Lawan iPhone 17 Air, Samsung Siapkan Galaxy S25 Versi Super Tipis!
Mahasiswi semester lima ini, beserta teman-teman tim Solyd Ias, kemudian mencari tahu lebih lanjut soal penyakit tersebut. Mereka menemukan kalau penyakit sudden cardiac death dapat dideteksi melalui kadar D-dimer.
D-dimer adalah produk degenerasi fibrin yang berguna untuk mengetahui abnormalitas pembentukan bekuan darah atau kejadian trombotik serta untuk menilai adanya pemecahan bekuan atau proses fibrinolisis.
D-dimer juga menjadi bahasan yang vital dalam dunia medis akhir-akhir ini dalam fungsinya sebagai marker, utamanya terhadap penyakit-penyakit kardiovaskular.
Sayangnya, masalah yang kemudian timbul adalah tidak efisiennya proses pemeriksaan kadar D-dimer. Sebab kadar itu hanya bisa dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun laboratorium dengan bantuan tenaga medis, sampel yang digunakan pun hanya plasma darah.
Penggunaan plasma darah dengan metode pengambilan darah pasien melalui suntikan dinilai tidak singkat. Makanya, dibutuhkan teknologi yang lebih simple dan dapat berfungsi semacam rapid test untuk mendeteksi kadar D-dimer.
Maka dari itu, tim Solyd Ias mengembangkan Portable KIT D-dimer Level Detector berbentuk strip rapid test dengan mengadopsi metode ELISA KIT dan lateral flow immunosorbent assay. Alat ini tidak menggunakan sampel darah, tapi lewat saliva (liur) dan urin.
Safina bercerita kalau mereka juga mengembangkan aplikasi bernama D-App untuk mengintegrasi citra warna yang muncul pada rapid test. D-App ini dirancang berbasis deep learning dengan metode Convolutional Neural Network (CNN).
"Penggunaan alat ini dalam pengujian kadar D-dimer dapat dilakukan di mana pun, kapan pun, dan oleh siapa pun," papar dia.
Lebih lanjut Safina mengungkapkan kalau tim Solyd Ias telah menguji coba alat ini kepada 40 orang dan menghasilkan 11 ribu sampel. Ia mengklaim kalau tingkat akurasi alat tersebut mencapai 94,7 persen.
Berkat alat ini, tim Solyd Ias selaku pemenang SFT 2024 berhak mendapatkan hadiah berupa produk-produk Samsung senilai Rp 170 juta.
Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono menyatakan, kompetisi Samsung Solve for Tomorrow mengajak generasi muda bangsa mengembangkan ide-ide inovatif yang memberikan dampak positif dan bermanfaat untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
"Melalui SFT, Samsung berkontribusi dalam mendukung program-program pemerintah yang berfokus pada peningkatan literasi digital dan pengembangan keterampilan teknologi generasi muda, sehingga mereka dapat menjadi pemimpin inovasi masa depan," pungkasnya.