Suara.com - Dalam tradisi pelayaran, kapal sering dianggap sebagai sosok perempuan, dan dalam bahasa Inggris, kapal disebut dengan kata ganti "she" atau "her."
Tradisi ini bukan sekadar kebiasaan linguistik, tetapi juga mencerminkan simbolisme dan hubungan unik antara manusia dan kapal sebagai kendaraan besar yang menantang lautan.
"Misalnya, orang akan berkata 'she will depart' atau 'her sail'," ungkap I Gusti Ngurah Handiyana, Wakil Presiden Technical Fleet Management Pertamina, saat mengunjungi Kapal Gamsunoro di Pelabuhan Tuzla, Istanbul dikutip dari ANTARA pada Rabu (30/10/2024).
Tradisi menyebut kapal sebagai perempuan, menurut Ngurah, memiliki beragam alasan menarik, mulai dari perawatan hingga bentuk dan karakteristik kapal yang "feminin."
Ngurah, seorang ahli industri perkapalan, menjelaskan bahwa kapal memerlukan perhatian dan perawatan seperti halnya seorang perempuan yang senantiasa dijaga dan diperindah.
Dengan jadwal docking atau perawatan rutin setiap 2,5 hingga lima tahun sekali, kapal membutuhkan “pemolesan” agar tetap aman dan cantik.
"Kapal pun ramping, dengan lekuk-lekuk yang menambah keanggunannya," kata Ngurah, mengaitkan desain kapal dengan asosiasi femininnya.

Lebih dalam lagi, awak kapal bahkan memiliki hubungan personal dengan kapal-kapal mereka. Ketika seorang pelaut selesai bertugas di kapal tertentu, ia kadang menyebut kapal tersebut sebagai “widow” atau “janda.”
"Misalnya, mereka akan berkata, ‘Itu janda Gamsunoro,’” tambah Ngurah, merujuk pada kedekatan emosional antara awak dan kapal yang pernah mereka layari bersama.
Baca Juga: Insiden Bakamla vs Kapal Penjaga Pantai China di Natuna, Beijing Uji Nyali Prabowo?
Kapal Gamsunoro sendiri, yang dikunjungi Ngurah di Istanbul, adalah tanker andalan Pertamina dengan kapasitas 105.000 DWT yang rutin berlayar internasional.