Bukan Generasi Buruk, Psikolog Ungkap Tiga Alasan Utama Mengapa Gen Z Sering Dipecat dari Tempat Kerja

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 19:00 WIB
Bukan Generasi Buruk, Psikolog Ungkap Tiga Alasan Utama Mengapa Gen Z Sering Dipecat dari Tempat Kerja
Ilustrasi Generasi Z. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Generasi Z, kelompok pekerja termuda yang baru memasuki dunia kerja, kini menjadi sorotan. Beberapa pengusaha menyebut mereka sebagai generasi yang "malas", "tidak profesional", dan "kurang berkomitmen".

Namun, apakah benar alasan di balik pemecatan mereka hanya sebatas itu?

Berdasarkan laporan terbaru dari Inc. yang dikutip dari Unilad, bahwa 60 persen pengusaha di dunia mengakui telah memecat karyawan Gen Z yang mereka rekrut tahun lalu.

Namun, di balik statistik ini, para ahli percaya ada faktor yang lebih dalam yang memengaruhi fenomena tersebut.

Baca Juga: Mobil Mungil Idola Gen-Z, Citroen Ami Rilis Versi Baru di 2025

Mark Travers, seorang psikolog yang menulis di Forbes, menjelaskan tiga alasan utama mengapa Gen Z sering kali diberhentikan dari pekerjaan mereka.

1. Kurangnya Motivasi

Stereotip bahwa Gen Z enggan bekerja keras mungkin terdengar umum, tetapi pandangan ini tidak sepenuhnya akurat. Generasi ini tumbuh di tengah krisis finansial global 2008, pandemi COVID-19, serta perubahan ekonomi yang terus-menerus.

Banyak dari mereka menyaksikan orang tua mereka mengalami kesulitan finansial dan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang membuat mereka skeptis terhadap budaya kerja tradisional.

Alih-alih bekerja keras seperti generasi sebelumnya, Gen Z lebih memilih untuk bekerja secara cerdas. Menurut laporan Deloitte, mereka cenderung menghargai perusahaan yang peduli dengan kesejahteraan karyawan dan memiliki nilai sosial yang sejalan dengan mereka.

Baca Juga: Annida Allivia Rancang Bogor Fashion Week di Sport Center, Jadikan Ruang Kreatif Baru bagi Gen Z

Bagi Gen Z, pekerjaan bukan hanya soal uang, melainkan kontribusi yang berarti bagi dunia.

2. Gaya Komunikasi yang Berbeda

Meskipun Gen Z berbicara dalam bahasa yang sama dengan generasi lainnya, cara mereka berkomunikasi berbeda. Tumbuh dalam era media sosial, banyak dari mereka terbiasa dengan komunikasi virtual dan mungkin kurang nyaman dalam interaksi langsung, terutama di lingkungan kerja formal.

Harvard Law School menjelaskan bahwa banyak pekerja Gen Z memulai karier mereka selama pandemi, yang berarti sebagian besar interaksi profesional mereka terjadi melalui platform digital seperti Zoom, teks, atau email.

Hal ini membuat mereka kurang terbiasa dengan percakapan tatap muka di tempat kerja, yang kadang-kadang menjadi sumber ketegangan dengan rekan kerja yang lebih senior.

3. Prioritas pada Keseimbangan Kehidupan Kerja

Gen Z juga dikenal sangat memprioritaskan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Mereka telah belajar dari generasi sebelumnya bahwa bekerja berlebihan tanpa batas dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik.

Menurut survei Deloitte pada 2023, setengah dari Gen Z menyebut "keseimbangan kehidupan kerja" sebagai prioritas utama dalam memilih pekerjaan.

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung lebih sulit mengatakan "tidak" kepada atasan, Gen Z lebih berani menetapkan batasan dan menolak beban kerja berlebihan.

Mereka lebih memilih peran yang memberikan fleksibilitas dan kesempatan untuk bekerja dengan cara yang lebih cerdas daripada sekadar bekerja keras.

Benturan dengan Sistem Kerja Tradisional

Gen Z tidak dipecat hanya karena mereka adalah generasi yang buruk. Sebaliknya, mereka sering kali berbenturan dengan sistem kerja yang ketinggalan zaman dan kurang fleksibel untuk beradaptasi dengan kebutuhan modern.

Dengan nilai-nilai yang berbeda dan pendekatan yang lebih kritis terhadap dunia kerja, mereka mencari perubahan yang mendukung keseimbangan hidup dan tujuan sosial yang lebih besar.

Jika perusahaan ingin mempertahankan pekerja dari generasi ini, mereka mungkin perlu menyesuaikan pendekatan manajemen mereka dan mengakui bahwa cara kerja tradisional tidak lagi relevan bagi semua orang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI