Suara.com - Peringatan National Oceanic and Atmospheric Administration menunjukkan bahwa badai geomagnetik besar sedang bergerak menuju Bumi untuk kedua kalinya dalam lima bulan.
Menurut Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA, ada kemungkinan badai G1 atau badai kecil akan menghantam Bumi pada Kamis (3/10/2024), sementara badai G3 atau badai kuat dapat menghantam Bumi keesokan harinya pada Jumat (4/10/2024).
Badai geomagnetik disebabkan oleh ledakan di permukaan Matahari, seperti semburan matahari, yang pada akhirnya dapat mengirimkan sejumlah besar plasma yang melesat ke luar angkasa dan menghantam atmosfer Bumi.
Dilansir dari Gizmodo pada Kamis (3/10/2024), ledakan seperti itu telah terjadi pada Selasa (1/10/2024), ketika semburan Matahari terkuat kedua dalam beberapa tahun terakhir meletus. Suar tersebut berasal dari area Matahari yang dikenal dengan banyak bintik matahari, yang disebut Wilayah Aktif 3842 dan menurut NOAA, diberi peringkat X7.1.
Baca Juga: Serba-Serbi Sesar Garsela Zona Paling Aktif di Jawa, Seberapa Merusak Kekuatan Gempa Buminya?
Ledakan dinilai berdasarkan tingkat keparahannya, dengan suar kelas b sebagai yang terlemah dan kelas x sebagai yang terkuat. Setiap huruf menandai peningkatan daya 10 kali lipat dari huruf yang lebih rendah pada skala tersebut, sehingga X7.1 cukup dahsyat. Bahkan, itu adalah yang terkuat kedua dalam siklus Matahari saat ini.
Sebelumnya, NOAA telah memperingatkan bahwa suar tersebut mungkin telah menyebabkan suatu peristiwa yang disebut coronal mass ejection (CME), yaitu pengeluaran plasma dan partikel Matahari lainnya secara besar-besaran.
Tidak seperti sinar Matahari, materi Matahari tidak bergerak dengan kecepatan cahaya dan dapat memakan waktu beberapa hari untuk mencapai Bumi. NOAA tidak mengatakan CME pasti akan mencapai Bumi, namun menyebut bahwa bahwa badai geomagnetik mungkin terjadi antara tanggal 3 dan 5 Oktober dan tingkat keparahannya akan bergantung pada orientasi medan magnet yang tertanam.
Meskipun hal ini terdengar menakutkan, badai tersebut tidak akan berdampak langsung pada manusia. Risiko besarnya adalah pada sistem kelistrikan yang sensitif, seperti jaringan listrik dan satelit. NOAA mengatakan bahwa ancaman tersebut seharusnya terbatas dan pada skala kecil.
Di sisi lain, badai geomagnetik ini akan menghasilkan aurora terang di langit.
Baca Juga: Gempa 4.4 Magnitudo Guncang Sukabumi, Getarannya Terasa ke Bogor Hingga Garut
Sebagaimana yang diketahui, aktivitas Matahari tergantung pada siklusnya, naik dan turun selama periode yang berlangsung sekitar 11 tahun. Saat ini, Matahari berada di tengah siklus kedua puluh lima sejak pertama kali ditemukan dan suar pada Selasa adalah yang terkuat kedua yang tercatat sejak siklus tersebut dimulai pada 2020.