Kaspersky Mendeteksi Lebih dari 1 Juta Upaya Pelacakan (Tracking) Setiap Hari

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 01 Oktober 2024 | 08:32 WIB
Kaspersky Mendeteksi Lebih dari 1 Juta Upaya Pelacakan (Tracking) Setiap Hari
Ilustrasi hp. [Unsplash/Jonas Leupe]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analisis terbaru Kaspersky terhadap 25 layanan pelacakan web (web tracking) yang paling umum, termasuk layanan Google, New Relic, Microsoft, mengungkap lebih dari 38 miliar contoh pelacak web yang mengumpulkan data perilaku pengguna pada tahun 2024, dengan rata-rata satu juta deteksi per hari.

Pelacakan web melibatkan pengumpulan, penyimpanan, dan analisis data tentang perilaku online pengguna.

Data ini dapat mencakup demografi, kunjungan situs web, waktu yang dihabiskan di halaman, dan interaksi seperti klik, gulir, dan gerakan tetikus, yang dapat digunakan untuk membuat heatmaps dan wawasan lainnya.

Bisnis memanfaatkan informasi ini untuk mempersonalisasi pengalaman, meningkatkan keterlibatan pengguna, menargetkan iklan dengan lebih efektif, dan mengukur kinerja layanan online mereka.

Baca Juga: Interior Mewah Gedung KPU Kek Kastil Hogwarts dan Gringotts Wizarding Bank, Warganet: Isinya Goblin Semua

Produk Kaspersky menampilkan komponen Do Not Track (DNT) yang memblokir elemen pelacakan yang dirancang untuk memantau aktivitas pengguna di situs web.

Fitur ini memungkinkan Kaspersky untuk menilai status terkini pengumpulan data oleh pelacak web.

Logo Google. [Dok.Antara]
Logo Google. [Dok.Antara]

Untuk melakukan penilaian ini, para ahli Kaspersky menganalisis 25 layanan pelacakan yang paling umum.

Ini termasuk empat dari Alphabet Inc.—Google Display & Video 360, Google Analytics, Google AdSense, dan YouTube Analytics—serta layanan dari New Relic dan Microsoft, termasuk Bing dan platform pelacakan Microsoft lainnya.

Analisis mereka mengungkapkan bahwa 38.725.551.855 insiden pengumpulan data terdeteksi dalam setahun, dari Juli 2023 hingga Juni 2024, dengan pengguna membagikan data mereka sekitar 1.060.974 kali per hari.

Baca Juga: Gmail Punya Fitur Baru, Makin Aman Dengan Verifikasi Centang Biru

Laporan ini memberikan analisis per wilayah tentang prevalensi berbagai layanan pelacakan.

Temuan utama meliputi:

  • Google Display & Video 360 memegang pangsa terbesar di antara 25 sistem pelacakan teratas di Asia. Di Asia Selatan, ia menyumbang 25,47 persen pemicu komponen DNT, sementara di Asia Timur sebesar 24,45 persen. Pangsa terkecil berada di Commonwealth of Independent States (CIS) sebesar 8,38 persen, tempat sistem pelacakan lokal lebih lazim.
  • Google Analytics, yang melacak perilaku pengguna dan kata kunci untuk mengoptimalkan lalu lintas dan kinerja situs web, memiliki pangsa terbesar di Amerika Latin (14,89 persen), diikuti oleh Timur Tengah (14,12 persen).
  • Pelacak Google AdSense mendominasi di Timur Tengah (6,91 persen) dan Asia Selatan (6,85 persen), dengan pangsa terkecil di Oseania (3,76 persen) dan CIS (2,30 persen).
  • YouTube Analytics memiliki pangsa tertinggi di Asia Selatan (12,71 persen) dan Timur Tengah (12,30 persen), dan terendah di Eropa (5,65 persen) dan Amerika Utara (4,56 persen).
  • Pelacak Microsoft memiliki pangsa terbesar di Amerika Latin (3,38 persen) dan terkecil di CIS (0,68 persen).
  • Pelacak Bing menunjukkan aktivitas yang signifikan di Afrika (8,46 persen), dengan kehadiran terkecil di CIS (0,77 persen).

Korea Selatan, Jepang, dan Rusia, tempat layanan internet lokal sangat berkembang, system pelacakan regional tidak hanya berada di peringkat 25 teratas tetapi terkadang dapat melampaui pesaing global.

Anna Larkina, pakar keamanan dan privasi di Kaspersky, menuturkan bahwa meskipun 25 layanan pelacakan teratas menunjukkan bahwa pengumpulan data tidak terbatas hanya pada beberapa perusahaan, semakin banyak organisasi yang menyimpan dan memproses informasi kita, semakin besar risiko pelanggaran.

Namun, dia menambahkan, dengan sebagian besar pelacakan ditangani oleh raksasa teknologi, terdapat motivasi kuat bagi mereka untuk melindungi data pengguna dan menjaga reputasi mereka.

"Pada akhirnya, pengguna harus bertanggung jawab atas keamanan data mereka sendiri, memperhatikan platform yang mereka gunakan, dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi mereka," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI