Tren TikTok Chroming Challenge Sudah Tumbalkan 3 Nyawa Remaja, Apa Itu? Ketahui Dampak Bahayanya

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 06 September 2024 | 15:31 WIB
Tren TikTok Chroming Challenge Sudah Tumbalkan 3 Nyawa Remaja, Apa Itu? Ketahui Dampak Bahayanya
Tren TikTok Chroming Challenge (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - TikTok merupakan platform media sosial yang kerap memunculkan tren-tren baru yang menarik perhatian. Salah satu tren TikTok terbaru dan sedang viral adalah tren chroming atau chroming challenge.

Apa itu tren TikTok Chroming Challenge? Chroming melibatkan tindakan menghirup sisa gas dari produk-produk rumah tangga seperti hairspray, deodoran, kaleng cat, dan benda lain untuk mendapatkan efek tertentu.

Dalam platform TikTok, tren ini sering disebut dengan istilah "WhipTok", merujuk pada penggunaan nitrous oxide (gas tertawa) yang juga memberikan efek serupa. Hashtag "WhipTok" telah ditonton lebih dari 546 juta kali di platform ini.

Tren yang diikuti oleh para remaja ini memiliki dampak buruk dan dilaporkan telah menelan banyak korban. Berikut ulasannya.

Baca Juga: Ikut Tren Berbahaya di Tiktok, Anak 12 Tahun Nyaris Kehilangan Nyawa gara-gara Deodoran

Pengertian Tren TikTok Chroming Challenge

Chroming Challenge yang viral di TikTok baru-baru ini terlihat seperti challenge biasa. Namun, aksi ini memiliki potensi bahaya yang sangat serius.

Mengutip Dexerto, istilah "chroming" berasal dari Australia dan mengacu pada tindakan menghirup uap beracun dari berbagai sumber bahan kimia, seperti cat semprot, aerosol, atau deodoran.

Pada awalnya, chroming merujuk pada penggunaan cat berbasis krom, namun kini mencakup berbagai zat berbahaya lainnya seperti pelarut, lem, cairan pembersih, dan bahkan bahan bakar. Aktivitas ini memberi sensasi euforia sementara yang sering kali disamakan dengan efek alkohol.

Dampak Buruk Chroming Challenge

Meskipun chroming menawarkan sensasi nge-fly yang singkat, dampak dari tindakan ini bisa sangat berbahaya. Menghirup zat kimia beracun dapat menyebabkan serangan jantung, kejang, sesak napas, koma, bahkan kematian.

Dampak jangka panjangnya adalah kerusakan permanen pada organ tubuh, gangguan kognitif, dan penurunan daya ingat.

Baca Juga: Gara-gara Coba Tantangan Ini di TikTok, Bocah di Inggris Alami Serangan Jantung

Menurut penelitian, penyalahgunaan zat beracun secara berulang dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah. Beberapa efek jangka panjang yang mungkin muncul adalah sulit berkonsentrasi, kehilangan memori, penurunan IQ, dan gangguan kemampuan berpikir yang logis.

Korban Tren Chroming

1. Esra Haynes (13 tahun, Australia)

Salah satu korban dari tren ini adalah Esra Haynes, seorang remaja berusia 13 tahun dari Melbourne, Australia. Pada Maret 2023, Esra meninggal dunia setelah mengalami kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki akibat menghirup deodoran aerosol.

Terungkap bahwa Esra mengalami serangan jantung dan dirawat di rumah sakit selama seminggu sebelum meninggal dunia.

Orang tua Esra kini berupaya menyebarkan kesadaran tentang bahaya chroming agar tidak ada lagi korban jiwa. Mereka menyatakan bahwa Esra tidak akan mengikuti tren tersebut jika tahu risiko mematikannya.

2. Sarah Mescall (Irlandia)

Kasus serupa juga terjadi di Irlandia pada September 2023, ketika seorang remaja bernama Sarah Mescall meninggal dunia setelah diduga mengikuti tren chroming. Dia pingsan dan akhirnya meninggal setelah mengalami koma.

3. Anak laki-laki berusia 11 tahun di Inggris

Kasus lainnya terjadi pada Maret 2024, di mana seorang anak laki-laki berusia 11 tahun di Inggris meninggal dunia setelah mencoba tren ini dalam sebuah pesta bersama teman-temannya. Keluarganya berusaha agar TikTok ditutup untuk mencegah lebih banyak korban.

Selain kematian, beberapa korban berhasil selamat namun mengalami dampak kesehatan yang serius. Seorang anak perempuan berusia 12 tahun di Inggris harus dilarikan ke rumah sakit setelah menghirup lima hingga enam kaleng deodoran.

Meski akhirnya sembuh, ia mengalami berbagai gejala serius, seperti pusing, jantung berdebar, hingga muntah berkepanjangan.

Tanggapan TikTok terhadap Tren Chroming

TikTok telah berusaha menangani penyebaran tren berbahaya ini dengan menghapus konten yang terkait dengan chroming. Mereka menyatakan bahwa konten semacam ini dilarang di platform dan akan dihapus jika ditemukan.

Orang tua pun diimbau agar mengawasi anak-anak saat menggunakan media sosial. Para remaha perlu diberikan edukasi dan diawasi secara ketat agar tidak terpancing dengan tren-tren berbahaya yang viral.

Demikianlah ulasan tentang tren TikTok chroming, mulai dari pengertian, dampak buruknya, hingga korban meninggal. Semoga bermanfaat.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI