Suara.com - Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, ditangkap di bandara Perancis pada Sabtu (24/8/2024) pukul 8 malam waktu setempat.
Bos Telegram berusia 39 tahun tersebut ditahan setelah mendarat di landasan Bandara Paris-Le Bourget menggunakan turun dari jet pribadinya.
Dilansir dari The Moscow Times pada Minggu (25/8/2024), miliarder ini ditahan karena diduga memfasilitasi aktivitas kriminal dengan aplikasi pesan terenkripsi miliknya.
Prancis mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Durov atas tuduhan terlibat dalam perdagangan narkoba, kejahatan terhadap anak-anak, dan penipuan karena kurangnya moderasi di Telegram dan kegagalannya untuk bekerja sama dengan penegak hukum.
Menurut laporan media TF1, Durov kemungkinan besar akan ditempatkan dalam tahanan praperadilan.
"Di platformnya, ia membiarkan sejumlah pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan, yang mana ia tidak melakukan apa pun untuk memoderasi atau bekerja sama [dengan penegak hukum]," kata seorang sumber yang dekat dengan kasus tersebut, seperti dikutip dari TF1.
Surat perintah penangkapan tersebut dilaporkan hanya berlaku di Perancis.
Telegram diketahui menjadi platform utama untuk berbagi informasi tentang perang di Ukraina dan dilaporkan digunakan oleh militer Rusia untuk berkomunikasi.
![Ilustrasi Telegram. [Unsplash/Christian Wiediger]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/01/13124-ilustrasi-telegram.jpg)
Wakil Ketua Duma Negara Rusia Vladislav Davankov mengatakan ia telah mengirim permohonan kepada Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov untuk meminta pembebasan Durov.
Baca Juga: Harta Ratusan Triliun, Pendiri Telegram Ini Pakai HP Samsung Murah
"Penangkapannya mungkin bermotif politik dan merupakan alat untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi pengguna Telegram. Ini tidak boleh dibiarkan," ucap Davankov.