Suara.com - Pemanfaatan AI (Artificial Intelligence/Kecerdasan Buatan) ke setiap sektor kehidupan, kerap membuat kita semakin sulit membedakan dengan yang asli buatan manusia.
Pasalnya, tujuan awal dari hadirnya LLM, atau Large Language Model, adalah algoritma pembelajaran mendalam yang dapat melakukan berbagai tugas pemrosesan bahasa alami (NLP) dan ChatGPT, chatbot yang menggunakan AI untuk berinteraksi dengan manusia melalui teks, adalah membuat semirip mungkin dengan apa yang dihasilkan oleh manusia.
"Tujuan mereka (LLM seperti ChatGPT) adalah mencoba dan meniru manusia sesempurna mungkin dan melakukan yang terbaik untuk meniru manusia," ujar Vitaly Kamluk, pakar Keamanan Siber dari tim Riset & Analisis Global (GReAT) di Kaspersky, dalam ajang Kaspersky Cybersecurity Weekend di Sri Lanka beberapa waktu lalu.
Menurut lelaki yang mantan Interpol itu, apapun yang dibuat dengan bantuan AI akan mencoba dan tetap meniru kode yang ditulis manusia.
Sangking hamper miripnya dengan apa yang dibuat manusia, dia menambahkan, jika tidak jarang AI mereproduksi hal-hal yang sama seperti yang dilakukan manusia.
"Bahkan, membuat kesalahan seperti yang dilakukan manusia," timpal Vitaly kepada Suara.com.
![Ilustrasi kecerdasan buatan (Artifial Intelligence/AI].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/06/12/48986-ilustrasi-kecerdasan-buatan.jpg)
Jika ditanya bagaimana cara membedakan produk buatan Ai dan manusia, diakuinya cukup sulit karena kemiripannya hamper sempurna.
Meskipun begitu, dia membagikan masih ada cara untuk membedakannya.
"Sebagai contoh, seseorang hanya bisa menghasilkan 100 produk sehari, sedangkan jika ada sebuah pengembang bisa menghasilkan hingga 100.000 produk sehari, itu sangat produktif. Jika itu dihasilkan manusia, tidak akan sesederhana itu," bebernya.
Baca Juga: Lembaga Pemerintah Ternyata Banyak Pakai Teknologi AI, Ini Daftarnya
Menurut dia, pengembang yang bisa memproduksi sekali banyak itu mungkin dihasilkan oleh AI.