"Praktik terbaik untuk ketahanan atau resistensi memerlukan telemetri dan pencatatan informasi untuk mengidentifikasi dan menanggapi insiden dengan cepat serta kebijakan respons insiden yang komprehensif untuk memastikan pemulihan yang tepat waktu jika terjadi serangan siber,” bebernya.
Sebagai Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT), Igor Kuznetsov memiliki pandangan menyeluruh tentang lanskap ancaman keamanan siber.
“Kejahatan siber yang paling umum dilakukan secara global adalah ransomware dengan pelaku ancaman yang menjalankannya seperti bisnis (RaaS)," katanya.
Dia menambahkan, ancaman baru yang harus diperhitungkan adalah kompromi rantai pasokan dan hubungan tepercaya - setengah dari kasus tersebut diketahui setelah serangan berhasil.
"Industri yang paling banyak diserang adalah entitas pemerintah, lembaga keuangan, dan perusahaan manufaktur,” kata Igor.
Satu hal yang juga disorot dalam pertemuan puncak tersebut adalah meningkatnya peran AI dalam kejahatan dunia maya.

Salah satunya, mampu meningkatkan serangan rekayasa sosial dengan membuat email yang terdengar lebih alami dan masukan untuk serangan phishing, pembuatan kata sandi, pembuatan kode malware, dan bahkan melakukan serangan kata sandi.
Munculnya AI juga berarti bahwa penjahat dunia maya berpotensi menargetkan korban potensial melalui serangan adversarial, dengan membuat modifikasi kecil pada file sehingga sistem AI dapat dimanipulasi untuk menganggap suatu malware sebagai file yang aman.
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan tingkat deteksi, Kaspersky meniru serangan adversarial pada model deteksi malware mereka sendiri.
Baca Juga: Smart TV Premium Samsung Usung Fitur AI, Harga Puluhan Juta Rupiah
”Serangan terkait AI mengalami pertumbuhan yang pesat saat ini," kata Alexey Antonov, Kepala Ilmuwan Data di Kaspersky.