Suara.com - Microsoft dan CrowdStrike menjadi dua perusahaan yang paling disorot usai jutaan laptop serta PC Windows mengalami 'Blue Screen' berjamaah. Petinggi CrowdStrike mengklaim bahwa masalah telah teridentifikasi serta meminta maaf ke publik.
Sebagai informasi, CrowdStrike merupakan perusahaan keamanan siber yang berkantor pusat di Austin, Texas, Amerika Serikat. Mereka menyediakan software antivirus kepada Microsoft untuk perangkat Windows-nya.
Selain itu, banyak perusahaan industri global mulai perbankan, ritel, hingga layanan kesehatan menggunakan software perusahaan tersebut untuk melindungi dari pelanggaran dan peretas.
Di media sosial, jutaan pengguna mengeluhkan masalah "Blue Screen of Death" (BSOD) pada laptop Windows-nya.
Baca Juga: Microsoft Tumbang di 19 Juli: Windows Blue Screen Menggema di X
Ini menyebabkan sistem mereka tiba-tiba mati atau menyala ulang. Mereka tidak dapat mengakses berbagai aplikasi dan layanan Microsoft 365 karena kesalahan yang disebabkan oleh pembaruan terkini di firma keamanan siber global CrowdStrike.
Pantauan melalui Trends24.in, deretan hashtag serta pembahasan mengenai Microsoft, CrowdStrike, Windows, dan Blue Screen menempati trending topik global pada 19 Juli 2024.
Windows serta CrowdStrike bahkan masih trending hingga Sabtu (20/07/2024). Sebagian besar pengguna Windows yang terdampak Blue Screen berasal dari Amerika Serikat, India, dan Australia. Meski begitu, tak sedikit pengguna dari Asia yang mengaku mengalami masalah pada laptop Windows-nya.
CEO CrowdStrike George Kurtz meminta maaf serta mengklaim bahwa perusahaan sudah mengidentifikasi masalah terkait eror massal di banyak perangkat.
"Saya ingin meminta maaf secara langsung kepada Anda semua atas gangguan hari ini. Seluruh CrowdStrike memahami betapa serius dan berdampaknya situasi segera. Kami segera mengidentifikasi masalah tersebut dan menerapkan perbaikan, sehingga kami dapat fokus dengan tekun untuk memulihkan sistem pelanggan sebagai prioritas utama kami. Gangguan ini disebabkan oleh cacat yang ditemukan dalam pembaruan konten Falcon untuk host Windows. Host Mac dan Linux tidak terpengaruh. Ini bukan serangan siber," kata George Kurtz melalui keterangan tertulis pada Jumat (19/07/2024).
Baca Juga: Bahaya! Teguh Aprianto Ungkap Windows Bajakan Bisa Jadi Pintu Masuk Para Hacker
Selang beberapa jam kemudian, perusahaan mengungkap bahwa masalah bersumber pada 'cacat logika' yang ada update software teranyar. Pembaruan konfigurasi sensor pada platform Falcon miliknya 'memicu kesalahan logika' dan menyebabkan komputer mogok.
"Masalah telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. Kami merujuk pelanggan ke portal dukungan untuk mendapatkan pembaruan terkini dan akan terus memberikan pembaruan publik yang lengkap dan berkelanjutan di blog kami," tulis CrowdStrike pada laman resmi perusahaan dikutip Sabtu (20/07/2024).