Riset: Orang Indonesia Ternyata Melek AI, Lebih Tinggi dari Global dan Asia Pasifik

Dicky Prastya Suara.Com
Selasa, 11 Juni 2024 | 17:24 WIB
Riset: Orang Indonesia Ternyata Melek AI, Lebih Tinggi dari Global dan Asia Pasifik
President Director Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir saat konferensi pers di Kantor Microsoft di Kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (11/6/2024). [Suara.com/Dicky Prastya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Microsoft dan LinkedIn baru saja meluncurkan riset bertajuk Work Trend Index 2024 yang membahas soal teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) di dunia kerja.

Hasilnya, survei itu mengungkapkan kalau para pekerja Indonesia justru mulai banyak menggunakan AI generatif untuk dunia kerja, lebih tinggi dari data Asia Pasifik dan global.

Dalam riset Microsoft dan LinkedIn itu, sebanyak 92 persen knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka global (75 persen) dan Asia Pasifik (83 persen).

"Ternyata Indonesia jauh lebih tinggi ketimbang Asia Pasifik dan global," kata Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir dalam konferensi pers di Kantor Microsoft Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Baca Juga: Daftar Fitur Apple Intelligence, AI Generatif yang Kini Hadir di iPhone

Selain itu, sekitar 92 persen pemimpin di Indonesia percaya akan pentingnya adopsi AI untuk menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan angka global (79 persen) dan Asia Pasifik (84 persen).

Meski begitu, 48 persen merasa khawatir kepemimpinan di organisasinya masih belum memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI dalam perusahaan, lebih rendah dibandingkan angka global (60 persen) dan Asia Pasifik (61 persen).

"Jadi orang Indonesia sudah mulai memerhatikan AI untuk masa depan," imbuhnya.

Maka dari itu, 76 persen karyawan di Indonesia berinisiatif untuk membawa perangkat atau solusi AI mereka sendiri ke tempat kerja, atau yang disebut sebagai Bring Your Own AI (BYOAI). 

Namun dia menilai kalau tren ini berpotensi mengurangi manfaat yang bisa diraih ketika AI digunakan secara strategis dalam skala besar, serta membawa risiko tertentu terhadap data perusahaan. 

Baca Juga: Apa Itu Apple Intelligence? Teknologi AI Ciamik yang Meluncur di iOS 18

Temuan lainnya, 69 persen pemimpin di Indonesia juga tidak akan merekrut karyawan yang tidak ahli menggunakan AI. Bahkan, 76 persen cenderung memilih merekrut pegawai baru dengan pengalaman kerja sedikit tapi paham soal AI.

"Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” jelas Dharma.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI