Suara.com - Pemerintah Jepang berencana mengatasi resesi seks dengan meluncurkan program baru yang disebut Tokyo Futari Story. Inisiatif itu juga termasuk aplikasi kencan yang dibuat langsung oleh pemerintah.
Kata 'Futari' sendiri berarti 'dua orang'. Program ini dimaksudkan untuk mendorong warganya agar segera menikah.
Pemerintah Jepang menargetkan Tokyo Futari Story ini selesai di akhir tahun 2024 dan dapat diakses melalui ponsel ataupun website, sebagaimana dikutip dari India Times, Selasa (11/6/2024).
Fitur aplikasi kencan ini masih belum diumumkan. Namun media Jepang berspekulasi kalau platform memerlukan syarat ketat seperti Surat Izin Mengemudi (SIM), pajak penghasilan, bahkan pernyataan komitmen pra-nikah.
Baca Juga: NCT Wish Tampil Colorful dan Ceria di Teaser Image Pertama Single Jepang Bertajuk 'Songbird'
Namun rumor ini dibantah langsung oleh para pejabat Pemerintah Jepang.
Program Tokyo Futari Story ini adalah upaya pemerintah dalam mengatasi tren resesi seks yang semakin mengkhawatirkan. Pasalnya, tingkat pernikahan di Jepang sudah memasuki titik terendah sepanjang sejarah.
Data Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan adanya penurunan angka pernikahan dari 504.930 di tahun 2022 menjadi 474.717 di tahun 2023. Angka kelahiran pun ikut turun, dari yang mulanya 770.759 menjadi 727.277.
Pemerintah Jepang pun sebelumnya telah memiliki solusi lain mengatasi resesi seks. Mereka menawarkan insentif bagi keluarga yang memiliki anak hingga memperluas fasilitas penitipan anak.
Bahkan kebijakan imigrasi juga dilonggarkan demi menarik para pekerja asing.
Baca Juga: 3 Bukti Miri Berhasil Taklukkan Dua Pembunuh Bayaran di Anime Buddy Daddies
Alasan warga Jepang ogah menikah
Era 'baby boom' di Jepang pada tahun 1970-an menunjukkan kalau angka kelahiran warga mencapai lebih dari 2 juta orang tiap tahunnya. Namun untuk generasi muda Jepang saat ini, mereka justru kurang tertarik pada pernikahan dan membesarkan anak.
Alasan orang Jepang tidak minat berkeluarga kemungkinan adalah jam kerja yang panjang, jarang sosialisasi di luar jam kerja, hingga tingginya biaya untuk mengurus anak.
Namun Jepang bukan satu-satunya negara yang memiliki angka kelahiran rendah. Tetangganya, Korea Selatan, adalah negara dengan angka kelahiran terendah dengan 0,72 persen.
Akan tetapi, Jepang adalah negara dengan jumlah penduduk tua terbanyak di dunia setelah Monako. Makanya, mereka berupaya keras untuk mendorong kelahiran anak demi mencegah krisis demografi di masa depan.