Teknologi, Media dan Telekomunikasi Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber 2023

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 21 Mei 2024 | 08:37 WIB
Teknologi, Media dan Telekomunikasi Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber 2023
Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ensign InfoSecurity (“Ensign”), penyedia solusi keamanan siber komprehensif terbesar di Asia, mengidentifikasi Teknologi, Media, dan Telekomunikasi (TMT) sebagai industri paling banyak menjadi sasaran serangan siber pada 2023.

Dibanding tahun 2022, Ensign mengamati adanya pergeseran di antara tiga industri yang paling banyak dijadikan sasaran.

Tambahan sektor TMT yang muncul sebagai target baru.

Baca Juga: Survei: Sepertiga Insiden Serangan Siber Disebabkan Ransomware

TMT menjadi sasaran empuk dikarenakan beberapa alasan

  1. Perusahaan TMT terintegrasi dengan aktivitas bisnis digital yang terkait dengan akses dan keterhubungan dengan pengelolaan data sensitif;
  2. Perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi menjadi penggerak aktivitas IPO dan ekonomi,
  3. Investasi teknologi membanjiri Indonesia, serta menjadi daya tarik pelaku ancaman yang bermaksud mencari kegiatan yang akan menguntungkan mereka secara finansial, mendorong mereka melakukan pencurian data dan spionase.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa tebusan adalah tujuan utama (42 persen) dari semua serangan siber masuk dalam pengamatan di Indonesia.

Para penyerang berusaha untuk memeras uang dari korban organisasi setelah serangan.

Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)
Ilustrasi Hacker (Pexels/Mikhail Nilov)

Hal ini mencerminkan semakin tingginya ancaman ransomware secara global bagi sektor korporat.

Disertai analisis yang mendalam, laporan ini mengeksplorasi bagaimana para penyerang ini beroperasi dan bagaimana mereka menggunakan “pemerasan ganda” atau pemerasan berlapis sebagai taktik baru.

Baca Juga: Malware Bersembunyi di Tautan GitHub dan GitLab Resmi

Selain uang tebusan, laporan tersebut juga menyoroti penjualan kredensial dan akses awal curian (38 persen) dan penjualan data yang dicuri (8 persen) di pasar web gelap.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI