Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Kenapa Cuaca Makin Gerah di Indonesia

Dicky Prastya Suara.Com
Senin, 06 Mei 2024 | 19:47 WIB
Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Kenapa Cuaca Makin Gerah di Indonesia
Ilustrasi efek gelombang panas. Foto: Gambar udara menunjukan seorang nelayan sedang mengumpulkan ikan mati dari waduk di provinsi Dong Nai, Vietnam, Selasa (30/4/2-24). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) buka suara soal kondisi cuaca panas yang terjadi beberapa hari belakangan di Indonesia. Mereka membantah kalau ini muncul berkat gelombang panas atau heatwave yang juga terjadi di beberapa negara Asia Tenggara.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengakui kalau gelombang panas memang terjadi di Thailand yang membuat suhu maksimum 52 derajat Celcius dan Kamboja dengan 43 derajat Celcius.

Namun berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita, dikutip dari siaran pers BMKG, Senin (6/5/2024).

Baca Juga: Kabupaten Seram Bagian Timur Diguncang Gempa Berkekuatan M 5,8, BMKG Minta Masyarakat Hati-hati

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.

Sehingga itu memungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Ia melanjutkan, suhu panas yang terjadi di Indonesia akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," beber dia.

Baca Juga: Minggu Malam, Pegunungan Bintang Papua Diguncang Gempa Magnitudo 6

Sedangkan di malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI