Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pantauan permukaan laut saat Gunung Ruang di Sulawesi Utara kembali erupsi pada Selasa (30/4/2024) dini hari.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menerangkan, monitoring ini dilakukan secara intensif untuk upaya deteksi dini tsunami.
"Berdasarkan hasil monitoring muka laut yang telah dilakukan BMKG tampak kondisi muka laut di seluruh lokasi stasiun menunjukkan bahwa erupsi Gunung Ruang tidak mengakibatkan perubahan signifikan muka air laut," kata Dwikorita, dikutip dari siaran pers BMKG, Rabu (1/5/2024).
Saat ini terdapat lima stasiun monitoring permukaan laut yang terus diamati oleh BMKG. Lokasi itu meliputi Tide Gauge Siau, Pulau Siau, Tide Gauge Ngalipaeng, Kepulauan Sangihe, Tide Gauge Tahuna, Kepulauan Sangihe, Tide Gauge Petta, Kepulauan Sangihe, dan AWS Maritim BMKG Bitung.
Dwikorita menjelaskan, BMKG melakukan monitoring muka laut menggunakan peralatan Tide Gauge (TG) milik Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Automatic Weather System (AWS) Maritim milik BMKG di lokasi terdekat dengan Gunung Ruang.
"Untuk itu sangat penting upaya BMKG dalam melakukan monitoring muka laut di sekitar Gunung Ruang saat erupsi menggunakan sistem InaTNT untuk upaya deteksi dini tsunami," sambung dia.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyatakan, meskipun saat ini masih terpantau normal, seluruh pihak patut waspada dengan erupsi Gunung Ruang. Sebab Gunung Ruang memiliki catatan sejarah tsunami destruktif akibat erupsi.
Persitiwa tsunami ini terjadi pada tahun 1871, di mana ketinggian gelombang mencapai 25 meter dan mengakibatkan korban jiwa mencapai 400 orang.
"InaTNT merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai data observasi muka laut sekaligus dilengkapi algoritma detector yang mampu mendeteksi anomali muka laut yang merupakan fitur penting dalam deteksi dini tsunami," tutur Daryono.
Baca Juga: 7 Bandara Ditutup Akibat Erupsi Gunung Ruang, Ini Daftarnya
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, menjelaskan tinggi gelombang laut signifikan di sekitar Perairan Kepulauan Sitaro, Peraian Bitung-Likupang, Perairan Utara Sulut, hingga Laut Maluku masih dalam kategori rendah berkisar 0,5-1.25 meter.