Suara.com - Gerhana Matahari Total (GMT) akan terjadi hari ini, Senin (8/4/2024), di beberapa wilayah di Bumi.
Selain dampak yang dirasakan seluruh makhluk di muka Bumi, lantas apa pesan terkandung dengan fenomena Gerhana Matahari Total?
Gerhana merupakan peristiwa astronomis tertutupnya sinar Matahari oleh Bumi atau Bulan sehingga mengakibatkan kegelapan selama beberapa saat di Bumi.
Baca Juga: Link Nonton Gerhana Matahari Total Hari Ini 8 April 2024, Lengkap Dampaknya
Baca Juga: Kumpulan Link Nonton Gerhana Matahari Total 8 April 2024, Lengkap Fakta dan Dampaknya
Dilansir dari laman Nu.or.id, sebagai sebuah fenomena yang alamiah, peristiwa Gerhana dapat dipandang sebagai penuntun nilai-nilai ketauhidan dan sekaligus intelektual manusia melalui peristiwa alam semesta.
Ada tiga pokok nilai yang bisa diambil dari peristiwa terjadinya gerhana matahari melalui pembacaan secara keilmuan. Pertama, penjelasan (bayyani).
Menurut Prof. Syamsul Anwar rekaman peristiwa Gerhana menjadi suatu dokumen penting bagi sejarawan untuk mengetahui tanggal suatu peristiwa atau kejadian penting di sekitar peristiwa Gerhana.
Dalam sejarah Islam dan hadits peristiwa Gerhana direkam dalam riwayat hadits dan tarikh terkait dengan peristiwa meninggalnya putra Rasulullah yang bernama Ibrahim.
Masih menurut pendapat yang sama, berdasarkan perhitungan dengan Solar Eclipse Explorer (NASA) diketahui bahwa selama periode risalah Nabi di Makkah dan Madinah telah terjadi delapan kali Gerhana yang dapat dilihat dari kedua kota tersebut.
Baca Juga: Gerhana Matahari Total 8 April Dikaitkan dengan Kisah Nabi Yunus, Begini Faktanya
Empat kali di Makkah dan empat kali di Madinah.
Dengan demikian hadits berkaitan dengan peristiwa Gerhana pada masa Rasulullah dapat dibenarkan dan dikuatkan berdasarkan sains.
Baca Juga: 3 Dampak Gerhana Matahari Total Hari Ini
Selain itu, Prof Quraish Shihab dalam bukunya Membumikan Al-Quran menjelaskan bahwa Al-Qur’an terdiri atas 6.236 ayat.
Tidak kurang dari 750 ayat membicarakan tentang kealaman atau yang disebut dengan ayat-ayat kauniyyah.
Dengan jumlah yang begitu besar, maka berbagai fenomena alam semesta yang disampaikan di dalam Al-Qur’an tidak sebatas diimani secara teologis, namun perlu dikembangkan dengan berbagai ilmu pengetahuan.
Dengan demikian fenomena gerhana matahari sangat kental dengan nuansa teologis di satu sisi, dan di sisi lain nilai-nilai saintifik bisa semakin menjelaskan, menguatkan, dan mengembangkan.
Oleh karena itu dalam menyikapi setiap peristiwa alam yang terjadi di sekeliling kita selalu ada di dalamnya kedua nilai tersebut yakni antara teologi dan sains yang saling berhubungan.
Keduanya menjadi fondasi utama untuk membangun nalar teologis-saintifik dalam berkehidupan.
Pandangan berbeda disampaikan dalam situs Muslim.or.id, terjadinya Gerhana, ternyata bukan sekedar fenomena alam biasa.
Namun ada pesan tersirat yang diselipkan Sang Pencipta, pada peristiwa tersebut.
Banyak yang tidak menyadari, ternyata Gerhana adalah tanda-tanda yang Allah jadikan, sebagai peringatan untuk para hambaNya.
Barangkali dosa-dosa yang sudah disepelekan, kelalaian yang akut, atau maksiat-maksiat lainnya yang sudah merajalela.
Allah hendak mengingatkan melalui fenomena langka ini, kalau-kalau datang azab.
Baca Juga: Fakta Gerhana Matahari Total 8 April 2024: Jadwal, Lokasi, dan Cara Melihat
Supaya manusia bertaubat, kembali takut kepadaNya. Juga supaya manusia menyadari, betapa maha kuasanya Allah, menjadikan siang yang tadinya terang benderang, tiba-tiba menjadi redup atau bahkan gelap gulita seperti halnya malam.
Sebagaimana diterangkan dalam Alquran, terkadang Allah mendatangkan musibah supaya manusia bertaubat dan menjadi pelajaran untuk mereka.
“Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran” (QS. Al A’raf: 130).
“Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) memperhatikan bahwa mereka selalu ditimpa bencana sekali atau dua kali setiap tahun?! Namun mereka tidak (juga) mau bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran” (QS. At Taubah: 126).
Hanya saja Gerhana bukan musibah. Ia adalah tanda atau peringatan, untuk menakut-nakuti dari sebuah petaka atau bala’.
Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk segera sholat, istighfar, bersedekah, dan semangat melakukan amalan-amalan kebajikan saat terjadi Gerhana.
Sedangkan berdasarkan hadis dari Abu Musa al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berikut. Beliau mengatakan,
”Dahulu pernah terjadi Gerhana Matahari (di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pent). Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera berdiri dengan perasaan takut kalau terjadi kiamat. Kemudian beliau memasuki masjid untuk melakukan shalat; ruku’ dan sujud, dalam waktu yang amat panjang yang pernah aku lihat," katanya.
”Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini (yakni gerhana, pent), tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan istighfar (memohon ampun) kepada-Nya” (HR. Bukhori dan Muslim).
Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, terdapat anjuran untuk beristighfar ketika terjadi gerhana, atau yang lainnya. Karena istighfar adalah diantara sebab untuk menolak bala. (Fathul Bari, 2/546)
Maka dari itu, Gerhana bagi seorang mukmin selayaknya menimbulkan rasa takut, membuatnya berfikir akan adzab Allah, dan menyadarkan dirinya untuk segera bertaubat.
Bukan ajang untuk hiburan, sekedar tontonan atau menganggapnya sebatas fenomena alam biasa; yang lumrah terjadi.