Suara.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria mengungkapkan sejumlah manfaat teknologi hijau ramah lingkungan apabila diterapkan secara serius di Indonesia.
Ia menerangkan kalau munculnya istilah teknologi hijau adalah sebagai upaya mitigasi dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan sekaligus mengatasi krisis iklim.
"Teknologi hijau muncul sebagai upaya mitigasi dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dengan melestarikan dan melindungi sumber daya alam menggunakan teknologi," kata Nezar dalam konferensi pers di Midpoint Place, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Selasa (2/4/2024).
Ia menilai, teknologi ramah lingkungan akan memberikan sejumlah manfaat untuk Indonesia apabila serius diterapkan.
Baca Juga: Pemerintah Sudah Melek Teknologi Hijau Ramah Lingkungan, Ini Proyeknya
Berikut manfaat teknologi ramah lingkungan buat Indonesia menurut Wamenkominfo:
1. Dekarbonisasi melalui pengurangan emisi CO2 sebesar 20 persen dengan menggunakan ICT di berbagai sektor
2. Dematerialisasi melalui teknologi dan desain digital, mengurangi penggunaan material dalam produk hingga 90 persen
3. Detoksifikasi melalui desain dan pengelolaan sumber daya yang lebih baik, menghasilkan limbah 10-100 kali lebih sedikit dalam rantai produksi
Namun Nezar tak menampik kalau Indonesia memiliki sejumlah tantangan buat menerapkan teknologi hijau ramah lingkungan demi prinsip berkelanjutan. Berikut uraiannya.
1. Kendala pada teknologi keuangan dan akses infrastruktur terhadap solusi berkelanjutan
2. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi
3. Kurangnya Regulasi Teknologi Ramah Lingkungan menyebabkan ketidakpastian, distorsi pasar, dan degradasi lingkungan
Kendati begitu, Nezar optimistis kalau tantangan tersebut bisa diatasi Indonesia lewat beragam kolaborasi.
Baca Juga: Kominfo Akui Sulit Lacak WNI Mafia Judi Online di Kamboja dan Myanmar
"Meskipun demikian, melalui kolaborasi, khususnya yang kita miliki saat ini, saya yakin tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi dan pada akhirnya dapat diatasi," imbuhnya.
Berdasarkan riset Statista tahun 2023, Nezar menyebut kalau pasar teknologi ramah lingkungan dan keberlanjutan global diproyeksikan mencapai 62 miliar Dolar AS (Rp 988 triliun) pada tahun 2030.
Adapun total investasi transisi energi global berjumlah 1,78 triliun Dolar AS atau sekitar Rp 28.378 triliun pada tahun 2023.
"Masyarakat juga optimis bahwa digitalisasi memainkan peran penting dalam upaya dekarbonisasi global melalui pengurangan emisi CO2 sebesar 35 persen pada dekade berikutnya," jelasnya.