Suara.com - Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) turut berdampak pada karier orang Indonesia. Jika para pekerja memahami cara kerja AI, gaji mereka bisa naik hingga lebih dari 36 persen.
Tak hanya karyawan umum, para pekerja di bidang teknologi informasi hingga riset dan pengembangan juga berpotensi naik gaji masing-masing 53 persen dan 49 persen apabila menggunakan AI.
Hal ini terungkap dalam riset Amazon Web Services (AWS) dan Access Partnership bertajuk Mengakselerasi Keterampilan AI: Menyiapkan Tenaga Kerja Asia-Pasifik untuk Pekerjaan di Masa Depan. Studi ini turut melibatkan lebih dari 1.600 pekerja dan 500 perusahaan di Indonesia.
Riset turut mengungkap 98 persen pekerja di Indonesia mengharapkan bahwa keterampilan AI mereka akan membawa dampak positif terhadap karir mereka, termasuk peningkatan efisiensi kerja, minat untuk berkembang secara intelektual, dan juga mempercepat kariernya.
Baca Juga: Nvidia GTC 2024 Segera Digelar, Bedah Keunggulan Teknologi AI
Sebanyak 96 pekerja di Indonesia menunjukkan minat untuk mengembangkan keterampilan AI guna mempercepat karier, dan minat ini melintasi berbagai generasi.
Rincinya minat AI ini mencakup 97 persen dari Generasi Z, 98 persen dari Millennial, dan 93 persen dari Generasi X. Sementara 75 persen dari para baby boomers, yakni kelompok demografi yang identik dengan usia pensiun, mengatakan bahwa mereka akan mendaftar untuk kursus peningkatan keterampilan AI jika ditawarkan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa imbal hasil produktivitas dari tenaga kerja yang memiliki keterampilan AI bisa sangat besar bagi Indonesia.
Pengusaha yang disurvei mengharapkan produktivitas organisasi mereka meningkat hingga 57 persen karena teknologi AI mendorong inovasi dan kreativitas (78 persen), mengotomatiskan tugas-tugas yang repetitif (77 persen), serta meningkatkan alur kerja dan hasil (74 persen). Pekerja meyakini bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi mereka hingga 58 persen.
Kemudian hampir semua perusahaan (99 persen) memperkirakan perusahaan mereka akan menjadi organisasi yang didorong oleh AI pada tahun 2028. Sementara 98 persen perusahaan percaya bahwa departemen IT mereka akan menjadi pihak yang paling diuntungkan.
Baca Juga: Microsoft Blokir Aplikasi Android di Windows 11 Mulai Tahun Depan, Ada Apa?
Mereka juga memproyeksikan bahwa departemen riset dan pengembangan (97 persen), operasional bisnis (97 persen), sales dan pemasaran (96 persen), keuangan (94 persen), sumber daya manusia/SDM (91 persen), dan legal (85 persen) juga akan mendapatkan manfaat yang signifikan dari AI.
Director at Access Partnership, Abhineet Kaul menyatakan, gelombang AI yang tengah menghampiri kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, mengubah cara bisnis beroperasi dan cara bekerja.
Ia melanjutkan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat secara keseluruhan akan mendapat manfaat dari peningkatan produktivitas, yang akan berdampak pada peningkatan gaji bagi pekerja terampil.
"Bertambahnya jumlah organisasi yang diperkirakan akan memanfaatkan solusi dan tools AI secara makin mendalam, ditambah terus bergulirnya inovasi yang didorong oleh AI, menciptakan kebutuhan bagi pengusaha maupun pemerintah untuk membina tenaga kerja yang mampu mengarahkan perkembangan AI saat ini dan pada masa depan," paparnya.
Head of Training and Certification ASEAN AWS, Emmanuel Pillai mengatakan kalau AI Generatif kini juga menarik masyarakat umum dalam setahun terakhir.
AI generatif (AGI) adalah jenis AI yang dapat menciptakan konten dan gagasan baru dengan cepat, termasuk percakapan, cerita, gambar, video, musik, dan lainnya.
Tercatat sebanyak 98 persen dari perusahaan dan pekerja yang disurvei memperkirakan akan menggunakan tools AI generatif dalam pekerjaannya selama lima tahun ke depan. 82 persen perusahaan menyoroti 'peningkatan inovasi dan kreativitas' sebagai manfaat utamanya, diikuti peningkatan kinerja (78 persen) dan mengotomatisasi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat repetitif (70 persen).
“AI generatif menawarkan peluang yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk mentransformasi bisnis di seluruh Indonesia, dan penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan AI sangat penting bagi tenaga kerja masa depan. Dari layanan keuangan hingga konstruksi dan ritel, berbagai industri mengadopsi AI dengan cepat," paparnya.
"Itulah sebabnya mengapa tenaga kerja yang berkecakapan AI sangat penting untuk menciptakan budaya inovasi dan meningkatkan produktivitas di Indonesia,” sambungnya lagi.
Tantangan AI di Indonesia
Penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan keterampilan AI yang harus diatasi di Indonesia. Merekrut talenta yang memiliki keterampilan AI merupakan prioritas bagi 96 persen pengusaha di Indonesia.
Tetapi 69 persen di antaranya tidak dapat menemukan talenta AI yang mereka butuhkan.
Penelitian juga mengungkap adanya kesenjangan kesadaran pelatihan, di mana 67 persen dari pengusaha mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu cara menjalankan program pelatihan AI untuk tenaga kerjanya.
Sementara itu 54 persen pekerja mengaku kekurangan pengetahuan tentang program pelatihan AI yang tersedia.
Maka dari itu, Emmanuel menilai adanya porsi kerja sama yang lebih besar antara pemerintah, industri, dan tenaga pendidik untuk membantu pengusaha di seluruh Indonesia untuk menerapkan program pelatihan AI.
"Serta membimbing pekerja dalam mencocokkan keterampilan AI yang mereka miliki dengan posisi yang tepat guna memaksimalkan kemampuan barunya," tandasnya.