Responden di industri manufaktur lebih fokus pada dasbor untuk layanan bersama mereka, serta membuka potensi untuk mengoptimalkan manufaktur melalui manajemen inventori (100 persen), prediksi permintaan (33 persen), dan pemrosesan data (33 persen).
Penghambat kemajuan teknologi AI di Indonesia
Riset ini turut mengungkap soal faktor penghambat kemajuan AI di Indonesia. Hampir setengah dari bisnis yang disurvei (47 persen) mengalami kesulitan menangani kesenjangan keterampilan digital, terutama dalam hal pengelolaan tim, memanfaatkan keahlian khusus, dan mendorong komunikasi yang dibutuhkan.
Faktor lainnya yakni kurangnya tata kelola data internal (40 persen) sering kali dapat menyebabkan terlewatnya target dan objektif karena data tersebar di berbagai sistem seperti penggunaan beberapa sistem ERP, sistem manajemen gudang, dan lain-lain.
Menanggapi itu, Roy Kosasih selaku Presiden Direktur IBM Indonesia menyatakan kalau AI Generatif akan membawa banyak dampak pada bisnis, mulai dari cara pengambilan keputusan, pengalaman nasabah, hingga pertumbuhan pendapatan.
"Tetapi, fokusnya tetap pada keahlian sumber daya manusia untuk penggunaan AI yang baik," imbuhnya.
Maka dari itu, ia menyarankan para pelaku usaha Indonesia untuk melakukan pendekatan interdisipliner demi memaksimalkan potensi AI.
"Kami yakin pendekatan interdisipliner, yaitu sebuah model yang menunjukkan hubungan timbal balik antara masyarakat, pengguna, dan pengembangan AI, akan memberikan hal yang positif melalui kemitraan manusia-AI," tandasnya.
Baca Juga: Indonesia Belum Siap Hadapi Kemajuan Teknologi AI