Suara.com - Indonesia dianggap belum siap menghadapi kemajuan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ada beberapa alasan kenapa Indonesia masih belum bisa memaksimalkan potensi AI.
Ketua Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Hammam Riza mengatakan, salah satu hambatan Indonesia terkait perkembangan teknologi AI ada di sumber daya manusia (SDM).
Berdasarkan laporan AI Readiness 2023, Indonesia hanya menempati peringkat ke-46 secara global. Jika dibandingkan dengan Singapura, Hammam mengatakan kalau negara tetangga RI itu mampu menempati posisi ketiga secara global.
"Singapura ada di nomor tiga, kita nomor 46," katanya dalam konferensi pers di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga: Kominfo Siapkan Perpres Baru buat Atur AI
Hammam menilai kalau posisi Indonesia di laporan itu sudah bagus. Lebih lagi pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah menerbitkan Surat Edaran Etika AI.
Hanya saja perkembangan teknologi AI di Indonesia dinilainya masih kurang ideal ketimbang negara Singapura.
"Buat apa AI diatur kalau enggak ada perkembangan infrastrukturnya, masih jauh. Belum lagi soal data government, cyber security, investasi pendanaan," tuturnya.
"Di Singapura, mereka mengeluarkan strategi nasional AI, tapi juga dibarengi investasi ratusan juta Dolar AS," timpalnya lagi.
Presiden dan Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih menyebutkan kalau Singapura unggul dari Indonesia karena statusnya yang sudah menjadi negara maju. Ia menjelaskan, pendapatan per kapita Singapura kini 10 kali lipat ketimbang Indonesia.
Baca Juga: Pertama Kali di Dunia, Seniman Spanyol Menikahi Pria Hologram AI: Dia Pasangan Ideal Saya
Selain itu, lanjut Roy, Indonesia juga terbilang rendah untuk menyediakan anggaran di bidang teknologi ketimbang negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
"Kita pendapatan belanja teknologi hanya 0,2 persen. Singapura itu 2 persen. Filipina 0,7 persen. Amerika Serikat yang paling tinggi 4 persen," tutur Roy.
Senada dengan Roy, Head of the AI Center di ITB Ayu Purwarianti menjelaskan kalau dana Indonesia untuk teknologi memang masih rendah. Sebab Indonesia dinilai kurang memprioritaskan bidang tersebut.
"Balik lagi ke prioritas, Indonesia lebih penting menganggarkannya untuk kebutuhan dasar. Dana penelitian itu ada, tapi nilainya tidak sebesar dana Singapura untuk penelitian AI," tandasnya.