Kominfo Mulai Sorot Ancaman AI dan ChatGPT di Indonesia

Dicky Prastya Suara.Com
Selasa, 20 Februari 2024 | 14:50 WIB
Kominfo Mulai Sorot Ancaman AI dan ChatGPT di Indonesia
Wakil Menteri Kominfo Nezar Patria saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (13/12/2023). [Suara.com/Dicky Prastya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria meminta para pekerja di masing-masing profesi mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Nezar menyatakan kalau teknologi adalah hasil ciptaan manusia, termasuk AI. Maka dari itu manusia jangan sampai kalah dengan teknologi.

"Jadi kita beradaptasi, kita kendalikan, kita minimalkan risikonya, besarkan manfaatnya," ujar Nezar Patria, dikutip dari siaran pers Kominfo, Selasa (20/2/2024).

Ia menjelaskan, kecerdasan artifisial saat ini mampu melakukan berbagai pekerjaan, khususnya di jurnalistik. Bahkan teknologi ini mampu menciptakan jurnalisme robot atau mesin yang bisa menjalankan proses pengumpulan, produksi, dan distribusi berita secara mandiri.

Baca Juga: Kominfo Cabut Izin Nomor Kontak Call Center Pemda DKI, Ada Apa?

"Kita kenal dengan namanya robotic journalism, maka semua pekerjaan produksi, sampai dengan distribusi berita dikerjakan oleh robotik ini," timpal dia.

Dicontohkan Nezar, aplikasi chatbot berbasis AI seperti ChatGPT kini bisa digunakan semua orang saat ini. Platform itu telah memiliki kecerdasan yang hampir mirip dengan kemampuan manusia.

"Kita kenal ChatGPT sekarang, kecerdasannya makin lama makin membaik, dan dia nyaris hampir mirip dengan kemampuan manusia untuk membuat satu narasi atau satu esai atau satu cerita, bahkan juga bisa membuat berita," beber dia.

Selain itu, berbagai platform media sosial juga telah menunjukkan keefektifan kecerdasan buatan dalam mendistribusikan konten yang ditujukan kepada target pengguna tertentu.

"Algoritma yang ada di platform media sosial sudah ditunjukkan bagaimana kemampuan platform media sosial ini bisa mengambil audiens-audiens yang sangat targeted," imbuhnya.

Baca Juga: Terungkap Alasan Meizu Tinggalkan Bisnis Smartphone, Beralih ke AI

Kendati begitu Wamenkominfo menyatakan kecerdasan artifisial memiliki berbagai kelemahan, salah satunya menghasilkan konten yang tidak benar atau akurat.

Oleh karenanya dia menekankan peran manusia masih dibutuhkan dalam mengambil keputusan mengenai konten yang akan dipublikasikan.

"Faktor manusia di dalam membuat keputusan-keputusan apa yang boleh di-publish dan apa yang tidak boleh di-publish, keputusan etis," katanya.

Wamenkominfo mengajak segenap insan pers untuk merumuskan panduan penggunaan kecerdasan buatan di dunia jurnalistik untuk jurnalisme yang lebih baik di masa depan.

"Saya kira ada pertanyaan-pertanyaan critical yang harus kita jawab dan bahkan sudah sampai pada level eksistensial yang harus kita jawab masa depan jurnalisme ke depan, jurnalisme kita di persimpangan jalan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI