Suara.com - Sejumlah media asing mengatakan kalau TikTok kini menjadi medan perang utama bagi para calon presiden (capres) Indonesia di pemilihan presiden atau Pilpres 2024.
Media asal Inggris The Economist melaporkan kalau para capres Indonesia seperti Anies Baswedan, Prabowo Subianto, hingga Ganjar Pranowo saling bertarung di media sosial asal China itu.
Anies sendiri disukai oleh fans K-pop di TikTok. Sementara Prabowo Subianto terkenal gegara suka menari. Sedangkan Ganjar Pranowo kerap mengunggah konten soal penguin.
The Economist menyebut kalau kampanye para capres ini di TikTok justru lebih menyenangkan ketika Pilpres 2019 sebelumnya, sebagaimana dilansir dari Tech Times, Rabu (7/2/2024).
Baca Juga: Tegas, Presiden Jokowi Pastikan Tak akan Ikut Berkampanye!
Pakar media sosial dari Indonesia Indicator, Rustika Herlambang mengatakan kalau TikTok mereduksi citra pemilu lewat meme, lagu, hingga tarian.
Kampanye di TikTok berbeda jauh dengan X alias Twitter, yang mana para warganet Indonesia lebih condong membahas soal isu dan kebijakan politikus.
Media sosial tampaknya menjadi cara baru kampanye Pilpres di Indonesia yang berpusat pada viralitas dan membangun citra. Lebih lagi Pemilihan Umum (Pemilu 2024) ini lebih banyak diikuti oleh generasi muda.
Disebutkan kalau 106,4 juta atau 52 persen dari total pemilih adalah mereka yang berusia 17-40 tahun.
Sementara itu menurut Straits Times, media asal Singapura, mengungkap kalau kampanye media sosial para pilpres ini sudah dilakukan jauh sebelum masa kampanye resmi yang dimulai 28 November 2023.
Baca Juga: Gerbang Pronas dan Relawan Capres Desak MUI Lebih Tegas Soal Fatwa Boikot Produk Israel
Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Edbert Gani Suryahudaya menyatakan kalau para aktivis di Indonesia tengah menyesuaikan diri dengan konten video di media sosial.
Sebab para generasi Milenial dan Gen Z lebih suka aktif di platform Instagram Reels hingga TikTok, termasuk untuk mencari berita politik.
Media asal Amerika Serikat, Bloomberg melaporkan kalau iklan di TikTok pun lebih murah. Pernyataan ini disampaikan oleh Head of Equity Research PT Maybank Sekuritas Indonesia, Jeffrosenberg Chen Lim.
Meskipun TikTok menguntungkan para capres, banyak pihak yang khawatir adanya misinformasi di platform online layaknya Pilpres 2019. Kala itu, pemilu di Indonesia tercoreng hoaks yang disebarkan oleh buzzer hingga bot.
Untungnya TikTok memiliki kebijakan yang mengatasi penyebaran hoaks pemilu ataupun konten politik lain. Platform asal China itu melarang para politikus dan partai politik untuk menggalang dana maupun iklan berbayar.