Suara.com - Para CEO dari platform media sosial besar seperti Meta, TikTok, dan X disebut gagal melindungi anak-anak.
Dilansir dari laman Gizmochina, Kamis (1/2/2024), hal itu disampaikan dalam dengar pendapat Senat AS baru-baru ini.
Kesaksian emosional dari orang tua dan anak-anak, yang merinci eksploitasi dan kekerasan, memberikan dampak serius pada proses persidangan.
Para pembuat undang-undang dan aktivis anak berpendapat bahwa raksasa teknologi ini belum melakukan upaya yang cukup untuk melindungi pengguna muda, dari sisi gelap media sosial, termasuk penindasan, kecanduan, dan paparan konten berbahaya.
Baca Juga: Kominfo Tuntut Google-Twitter-Meta Gencar Kampanye Pemilu Damai
Sidang Komite Kehakiman Senat mengungkapkan kenyataan yang nyata di mana, desain dan pilihan operasional platform ini berkontribusi signifikan terhadap bahaya yang dihadapi anak-anak saat online.
Meskipun Mark Zuckerberg telah meminta maaf kepada keluarga yang terkena dampak dan menjanjikan investasi berkelanjutan dalam langkah-langkah keselamatan, skeptisisme masih tetap tinggi.
Pertengkaran antara Zuckerberg dan Senator Josh Hawley menggarisbawahi kesenjangan yang kritis, menyoroti pertanyaan tentang keuntungan dibandingkan keamanan.
Sikap proaktif Snapchat, yang menganjurkan langkah-langkah hukum untuk menjaga akuntabilitas platform, merupakan secercah harapan.
Namun, suara kolektif dari industri ini nampaknya ragu-ragu, sering kali mengabaikan jaminan fitur keselamatan yang ada dibandingkan melakukan perubahan besar.
Baca Juga: Anak-anak Menghabiskan Waktu Lebih Banyak di TikTok dibandingkan YouTube
Dengar pendapat ini, meskipun menunjukkan kesepakatan bipartisan yang jarang terjadi mengenai masalah ini, juga menggarisbawahi tantangan kompleks dalam mengatur ruang yang luas dan beragam seperti media sosial.
Kesaksian para CEO dan kisah-kisah menyedihkan dari keluarga-keluarga yang terkena dampak menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pendekatan seimbang yang melindungi anak-anak tanpa menghambat aspek-aspek positif dari platform-platform ini.
Ketika perdebatan mengenai peraturan dan tanggung jawab perusahaan terus berlanjut, konsensus yang jelas adalah bahwa status quo tidak dapat diterima.
Langkah ke depan tidak hanya memerlukan solusi teknologi, namun juga evaluasi mendasar terhadap peran media sosial dalam kehidupan generasi muda masyarakat.
Seruan untuk bertindak sangat keras dan jelas, inilah saatnya untuk memprioritaskan kesejahteraan anak-anak di era digital.