Ngeri, Teknologi AI Bisa Prediksi Kapan Kematian Manusia

Dicky Prastya Suara.Com
Kamis, 21 Desember 2023 | 18:40 WIB
Ngeri, Teknologi AI Bisa Prediksi Kapan Kematian Manusia
Ilustrasi kecerdasan buatan. [Freepik]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang profesor dari Technical University of Denmark baru saja membuat produk baru berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mirip seperti ChatGPT.

Menariknya, platform buatan profesor bernama Sune Lehmann ini mampu memprediksi kapan seseorang akan meninggal dunia, sebagaimana dilansir dari India Today, Kamis (21/12/2023).

Cara kerja produk bernama life2vec ini memprediksi kematian seseorang dari aspek kehidupan seperti pendapatan, pekerjaan, tempat tinggal, hingga riwayat kesehatan.

Berbeda dengan teknologi ChatGPT yang membantu pencarian pekerjaan atau pilihan mode, life2vec mengambil pendekatan berbeda. Alat ini menganalisis detail kehidupan seseorang untuk memperkirakan hasil.

Baca Juga: Indosat Pakai Teknologi AI buat Pantau Jaringan selama Libur Nataru

Jadi tidak hanya soal kapan kematian, tetapi juga kepribadian dan keputusan di masa depan seperti pindah ke negara lain.

AI diberi data yang dipersonalisasi dalam format terstruktur, yang mewakili beragam peristiwa kehidupan dengan kode tertentu. Misalnya, cedera di tempat kerja mungkin diberi label sebagai S52, sedangkan berbagai insiden pekerjaan atau medis memiliki token digital uniknya sendiri.

Tingkat akurasinya pun luar biasa. Platform life2vec ini mampu memprediksi dengan sempurna seseorang yang sudah meninggal di tahun 2020 lalu dengan tingkat akurasi sekitar 78 persen.

Riset ini juga mencatat berbagai faktor yang menyebabkan kematian dini seseorang, misal jenis kelamin laki-laki yang cenderung lebih cepat meninggal, seseorang dengan masalah kesehatan mental, atau memiliki pekerjaan terampil.

Sebaliknya, pendapatan yang lebih tinggi hingga peran kepemimpinan justru menjadi faktor umur seseorang bisa lebih panjang.

Baca Juga: Manfaatkan Artificial Intelligence, Teknologi Canggih Ini Bakal Bantu Pengobatan Jantung Jadi Lebih Singkat

Tapi Lehmann menegaskan bahwa tidak ada responden penelitian yang diberi tahu tentang hasil prediksi umur mereka. Jika objek penelitian diberikan informasi kapan dia mati, itu tidaklah etis.

Alat ini pun belum tersedia untuk publik atau perusahaan. Lehmann dan timnya masih ingin menyelidiki lebih jauh bagaimana AI ini dapat membantu orang hidup lebih lama dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan tanpa mengorbankan privasi.

Ia menganggap kalau AI sangat berharga apabila dipakai untuk mempelajari faktor-faktor mana saja yang membuat umur manusia bisa lebih panjang.

Tim Lehmann berharap dapat menggunakan produk AI ini untuk memberi manfaat bagi masyarakat tanpa melanggar privasi individu, dan mungkin menemukan lebih banyak cara untuk mendorong kehidupan seseorang dengan lebih baik tanpa memberi tahu mereka kapan dia mati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI