Suara.com - Perusahana teknologi keamanan siber Fortinet telah mengadopsi penggunakan teknologi kecerdasan buatan AI sejak 10 tahun yang lalu.
Menurut Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, perangkat Fortinet secara teknologi telah siap saat AI sudah massif digunakan seperti sekarang ini. Fungsi AI dalam untuk keamanan siber adalah menangkap anomali-anomali yang ada sehingga bisa mengantisipasi adanya ancaman.
“AI pada perangkat sekuriti berusaha memagari atau menangkal sesuatu, yang tadinya tidak dianggap ancaman lalu saat ini terdeteksi sebagai sebuah ancaman. Misalnya ketika kita membuka attachment file, ternyata sudah disusupi malware. Mungkin jika tidak tahu kita akan menganggap file tersebut aman-aman saja,” tutur Edwin.
Edwin menambahkan bahwa ada beberapa produk Fortinet yang telah ditanami AI.
“Kita ingin semua perangkat kami telah dipasang machine learning-nya. Kita akan perlengkapi ke depan. Untuk perangkat yang selama ini menjadi produk yang banyak dipakai, mayoritas sudah dilengkapi AI."
Baru-baru ini Fortinet®mengungkap hasil survei terbaru yang dilakukan oleh IDC mengenai Kondisi Operasi Keamanan (State of SecOps) di kawasan Asia-Pasifik. Survei yang dilakukan oleh Fortinet ini memberikan wawasan berharga tentang lanskap SecOps saat ini, dengan menekankan peran Kecerdasan Buatan (AI) dan automasi.
Edwin mengatakan bahwa dalam keamanan siber yang terus berkembang, 70,7% perusahaan memprioritaskan deteksi ancaman yang lebih cepat melalui automasi. Pentingnya deteksi dan respons cepat sebagai landasan peningkatan postur keamanan siber dengan rata-rata membutuhkan waktu 22 hari 6 jam.
“Satu cyber attack membutuhkan waktu 21 hari, yang terdiri dari 12 jam menahan serangan, kemudian 6 jam untuk medeteksi dan 12 jam untuk remediasi sehingga total 22 hari 6 jam. Dan ini belum termasuk pemulihan. Pengalaman pelanggan kami mengutamakan urgensi ini, dengan pengurangan transformatif dari rata-rata 21 hari menjadi hanya satu jam untuk deteksi, yang didorong oleh AI dan analisis tingkat lanjut.
Hal ini menandakan langkah mendasar dalam memperkuat pertahanan keamanan siber, di mana waktu untuk mendeteksi dan merespons adalah hal yang terpenting. Automasi, dalam konteks ini, muncul sebagai kunci utama dalam menghadapi tantangan lanskap ancaman yang dinamis saat ini,” tuturnya saat sesi temu media, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Ramai Isu Prabowo-Gibran Dukung LGBT, Relawan Sekjen For Gibran: Hoaks!
Edwin mengatakan, saat ini semua orang berbicara tentang AI. Fortinet sendiri telah menggunakan AI sejak tiga tahun yang lalu.