Natal, Kapan Yesus Lahir dari POV Sains?

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 14 Desember 2023 | 17:12 WIB
Natal, Kapan Yesus Lahir dari POV Sains?
Mengapa Natal dirayakan pada 25 Desember ketika tak ada yang bisa memastikan kapan Yesus lahir? [Anadolu]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mayoritas umat Kristen di dunia akan merayakan Natal pada 25 Desember mendatang. Natal dirayakan sebagai peringatan hari lahir Yesus, meski sebagian besar ilmuwan sepakat itu bukan fakta sebenarnya.

Tanggal 25 Desember dirayakan sebagai Natal, demikian menurut ensiklopedia Britannica, sejak 336 Masehi. Sextus Julius Africanus, sejarahwan Kristen yang hidup di sekitar 180 M - 250 disebut sebagai orang pertama yang mengeklaim Yesus lahir pada 25 Desember.

Alkitab sendiri tidak pernah menyebut kapan Yesus lahir secara detil. Meski sebagian besar umat Kristen merayakan Natal pada 25 Desember, gereja Ortodoks Mesir dan Yunani, serta Gereja Koptik Mesir merayakan ulang tahun Yesus pada 6 atau 7 Januari.

Anggota Orang Muda Katolik (OMK) merangkai pohon natal dari masker di Geraja Centrum Stela Maris Danga, Kabupaten Nagekeo, NTT, Kamis (23/12/2021).  ANTARA FOTO/Ignas Kunda
Anggota Orang Muda Katolik (OMK) merangkai pohon natal dari masker di Geraja Centrum Stela Maris Danga, Kabupaten Nagekeo, NTT, Kamis (23/12/2021). ANTARA FOTO/Ignas Kunda

Sejarah 

Baca Juga: Penghujung Tahun, Ada Suasana Natal Klasik Nan Indah Ala Kota New York di Mall Ini!

Para ahli sejarah sendiri tak ada yang benar-benar bisa memastikan kapan Yesus lahir. Mereka hanya bisa memperkirakan periode waktu Tuhan orang Kristen itu lahir.

Ada kelompok ilmuwan yang menggunakan masa pemerintahan Herodes Agung, raja bangsa Yahudi yang memerintah daerah Palestina dari 72 hingga 4 Sebelum Masehi (SM).

Dalam cerita Alkitab, Herodes Agung disebut berusaha membunuh Yesus yang masih bayi dengan memerintahkan militernya menumpas anak-anak berusia 2 tahun ke bawah di Betlehem dan sekitarnya. Kejadian ini berlangsung persis sebelum sang raja meninggal dunia.

Masalahnya waktu meninggalnya Herodes Agung juga masih diperdebatkan.

Beberapa ilmuwan mengatakan Herodes wafat pada 4 Masehi. Kelompok ini termasuk Peter Richardson dan Amy Marie Fisher, yang menerbitkan buku bertajuk Herod: King of the Jews and Friend of the Romans: Second Edition (Routledge) pada 2018 lalu.

Baca Juga: Siap-Siap Rasakan Kemeriahan Natal, Ada Parade Santa Claus di Berbagai Mal

Sementara Flavius Josephus, sejarahwan Romawi Kuno yang juga berdarah Yahudi, mencatat, Herodes Agung wafat pada 1 SM.

Karenanya mereka memperkirakan Yesus lahir antara tahun 6 SM sampai 4 SM (penting diingat, tahun Sebelum Masehi dihitung mundur dari angka yang paling besar ke yang kecil).

Selain sengkarut soal waktu wafatnya Herodes, para sejarahwan dan sarjana juga meragukan cerita soal pembantaian bayi oleh sang raja. Ada yang bilang cerita itu fiksi belaka.

Reza Aslan, salah satu sarjana keagamaan terkemuka asal Amerika Serikat, dalam bukunya yang kontroversial berjudul Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth (Random House, 2013) mengatakan tidak ada satu pun bukti sejarah, baik dari catatan Yahudi, Romawi Kuno dan bahkan Kristen sendiri yang mendukung atau menguatkan kisah pembantaian bayi tersebut.

Bintang berekor

Ilmuwan lain berusaha memecahkan teka-teki kelahiran Yesus dengan pendekatan astronomi. Dalam Alkitab diceritakan bahwa saat Yesus lahir ada "bintang berekor" di langit.

Misalnya pada 1991, sebuah artikel di Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society yang ditulis astronom Inggris Colin Humphreys, menyebutkan bahwa bintang berekor dalam kisah kelahiran Yesus adalah sebuah komet.

Cerita tentang komet itu juga ditemukan dalam catatan astronom China - yang selama berabad-abad secara teratur mencatat setiap fenomena unik di langit - dari tahun 5 SM.

Tetapi para astronom menepis teori Humphreys itu dan mengatakan bahwa komet yang dilihat astronom China pada 5 SM tidak seterang seperti yang dikisahkan dalam Alkitab.

Para astronom China mencatat adanya bintang berekor yang sangat terang pada 12 SM, tetapi itu adalah Komet Halley yang menghampir Bumi setiap 76 tahun. Dan 12 SM tidak pas dengan catatan sejarah di sekitar kelahiran Yesus di Timur Tengah.

Teori lain soal "bintang berekor" berkaitan dengan konjungasi Venus dan Yupiter. Ketika dua planet ini berada dalam garis lurus saat dilihat dari Bumi, memang terlihat mirip bintang yang lebih terang. Fenomena ini pernah terjadi pada 2 SM silam.

Warga berpakaian "Santa Claus" membagikan bingkisan Natal di Lingkungan Jadimulya, Kota Banjar, Jawa Barat, Sabtu (25/12/2021). [ANTARA FOTO/Adeng Bustomi]
Warga berpakaian "Santa Claus" membagikan bingkisan Natal di Lingkungan Jatimulya, Kota Banjar, Jawa Barat, Sabtu (25/12/2021). [ANTARA FOTO/Adeng Bustomi]

Tradisi Pagan

Para sejarahwan banyak yang percaya bahwa 25 Agustus dipilih Gereja Katolik Roma sebagai hari Natal karena meneruskan tradisi Pagan yang merayakan Winter Solstice atau titik balik Matahari di belahan Bumi utara pada sekitar akhir Desember.

Seperti diulas Ignacio L Gotz dalam bukunya Jesus The Jew: Reality, Politics and Myth - a Personal Encounter (Christian Faith Publishing, 2019), Natal diduga bermula dari festival Pagan Eropa yang merayakan titik balik Matahari pada musim dingin.

Pada masa Romawi Kuno, perayaan Winter Solstice ini digelar untuk menghormati Saturnus, Dewa Pertanian. Menurut History Channel, Saturnalia merupakan salah satu festival paling meriah dalam kebudayaan Romawi Kuno. Diduga perayaan inilah yang kemudian diambil alih oleh Peradaban Kristen. [Live Science/History Channel]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI