Suara.com - Perusahaan teknologi Meta membongkar sejumlah cara orang China menguasai dunia lewat media sosial. Siasat mereka pun diperparah dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Dalam laporan triwulan perusahaan induk Facebook dan Instagram itu, disebutkan kalau para warganet China adalah momok di balik banyaknya kampanye disinformasi yang kian meningkat saat ini.
China hanya kalah dari Rusia dan Iran dalam hal kampanye perilaku tidak autentik terkoordinasi, atau yang diistilahkan coordinated inauthentic behavior (CIB).
CIB adalah sebuah aktivitas yang melibatkan banyak akun palsu atau metode lain yang dimaksudkan untuk memanipulasi debat publik demi tujuan tertentu, sebagaimana dikutip dari CNBC International, Minggu (3/12/2023).
Meta mengakui kalau perusahaannya terganggu tiga jaringan CIB selama kuartal tiga, yang mana dua jaringan berasal dari China. Satu sisanya yakni berasal dari Rusia.
Satu jaringan CIB Tiongkok yang melakukan operasi besar di platform Meta itu membuat perusahaan menghapus 4.780 akun Facebook.
“Orang-orang di balik aktivitas ini menggunakan akun palsu biasa dengan foto profil dan nama yang disalin dari tempat lain di internet untuk mengunggah dan berteman dengan orang-orang dari seluruh dunia,” kata Meta dalam laporannya.
“Hanya sebagian kecil dari mereka yang berbasis di Amerika Serikat. Mereka menyamar sebagai orang Amerika untuk mengunggah konten yang sama di berbagai platform," lanjut perusahaan.
Fenomena disinformasi di Facebook adalah salah satu momok saat terjadinya Pemilu AS yang digelar 2016 silam. Kala itu, jaringan akun dari Rusia ramai-ramai terlibat dalam kampanye misinformasi demi pemenangan Donald Trump.
Baca Juga: Saat AI Dijadikan Senjata Perang Israel ke Palestina, Mampu Sasar 444 Target per Hari
Buntut dari peristiwa ini, Meta akhirnya memperketat pengawasan kontennya untuk memantau ancaman dan kampanye disinformasi, sekaligus memberikan transparansi ke publik.