Riset: Orang Indonesia Khawatir Jadi Pengangguran Gegara Teknologi AI

Dicky Prastya Suara.Com
Jum'at, 01 Desember 2023 | 10:07 WIB
Riset: Orang Indonesia Khawatir Jadi Pengangguran Gegara Teknologi AI
Ilustrasi Responsible AI. [Unsplash/Possessed Photography]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Firma riset Populix baru saja menerbitkan survei baru soal fenomena teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Riset Populix ini mengungkapkan soal tanggapan orang Indonesia mengenai kehadiran AI.

Co-Founder dan CTO Populix, Jonathan Benhi mengatakan pesatnya kemajuan teknologi kecerdasan buatan tak luput dari berbagai faktor, termasuk peningkatan daya komputasi, ketersediaan kumpulan data yang semakin luas, dan terobosan inovatif dalam desain algoritma.

"AI membawa sekumpulan manfaat sekaligus risiko dalam penerapannya," kata Jonathan dalam siaran pers, dikutip Jumat (1/12/2023).

Riset Populix menemukan kalau ternyata banyak orang Indonesia yang khawatir AI bisa membuat mereka jadi pengangguran.  Sebanyak 55 persen responden menyatakan bahwa mereka khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh AI.

Baca Juga: 10 Istilah Teknologi AI Ini Perlu Kamu Tahu!

"Kekhawatiran masyarakat akan kehilangan pekerjaan ini pun kemudian berdampak pada ketidakpuasan kerja dan meningkatnya stres," imbuhnya.

Manfaat AI bagi orang Indonesia
Di sisi lain, banyak orang menganggap AI memungkinkan proses kerja yang lebih efisien berkat kemampuan dalam mengotomatisasi tugas-tugas sederhana dan bersifat berulang. Dengan demikian, karyawan dapat lebih fokus pada aspek pekerjaan yang menuntut sisi kreatif.

Selain itu, analisis dan wawasan yang digerakkan oleh AI juga dapat memberikan informasi yang sangat berharga untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan merumuskan strategi yang lebih efektif.

"Dengan peningkatan kualitas pekerjaan yang didukung oleh AI tersebut, karyawan merasa lebih puas dengan hasil pekerjaannya," papar Jonathan.

Saat ini AI banyak dimanfaatkan untuk membuat konten, termasuk konten iklan. Dengan dukungan AI, perusahaan dapat memanfaatkan Big Data untuk menyesuaikan pesan iklan dengan preferensi individu, sehingga menciptakan konten yang lebih relevan bagi audiens.

Baca Juga: Kominfo: Ada 22,1 Pekerja Indonesia yang Sudah Manfaatkan Teknologi AI

"Personalisasi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, tetapi juga menghasilkan iklan dengan konsep unik dan menarik minat mereka," beber Jonathan.

Tercatat 37 persen responden mengatakan tertarik dengan iklan yang didukung oleh AI dan menganggapnya sebagai bagian dari pengalaman digital mereka.

Selain itu, AI juga kerap digunakan untuk proses pengambilan keputusan algoritmik di berbagai sektor, seperti persetujuan pinjaman dan rekrutmen kerja.

Dengan tujuan untuk pengambilan keputusan secara lebih cepat dan berbasis data, pemanfaatan AI yang berbasis mesin pembelajaran ini pun memunculkan kekhawatiran akan risiko bias dan diskriminasi dalam penerapannya.

Ancaman AI bagi orang Indonesia
Selain membuat banyak orang Indonesia jadi pengangguran, riset Populix mengungkapkan kalau AI juga menimbulkan kekhawatiran dari sisi privasi, keamanan, hingga bias.

Jonathan menyebutkan, teknologi AI yang berasal dari mesin pembelajaran membawa risiko bias dan diskriminasi ketika dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam konteks perekrutan tenaga kerja, persetujuan pinjaman, dan peradilan pidana.

Sementara itu, pengumpulan dan pemanfaatan data pribadi secara ekstensif untuk pengaplikasian teknologi AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi data.

"Hal ini berpotensi pada pelanggaran data hingga penyalahgunaan informasi pribadi," urai dia.

Lebih dari itu, semakin canggihnya serangan siber yang didukung AI pun turut membawa ancaman serius terhadap keamanan online. Dengan minimnya keterampilan literasi internet yang diajarkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, risiko penipuan yang didukung AI menjadi semakin meresahkan.

Untuk itulah Jonathan menyarankan, perusahaan-perusahaan di Indonesia perlu mengambil serangkaian upaya untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.

Untuk mengurangi risiko bias dalam penggunaan AI, Jonathan mencontohkan, perusahaan dapat melakukan audit pada data yang digunakan untuk melatih model AI. Sebab penting untuk memastikan bahwa pengumpulan data dan pelabelan data bersifat netral serta mencakup representatif demografi yang merata.

Pada tahap desain dan pengembangan model AI, perusahaan juga perlu menetapkan pedoman etika yang jelas dan sejalan dengan nilai-nilai masyarakat dan standar hukum yang berlaku.

"Serta melakukan uji coba dan pengecekan secara berkala untuk mendeteksi masalah-masalah keamanan dan privasi yang berpotensi timbul di kemudian hari," saran dia.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah memastikan transparansi dengan memberikan penjelasan terperinci mengenai cara sistem AI beroperasi dan mengambil keputusan.

"Dengan menerapkan serangkaian upaya-upaya ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapkan dapat semakin berkembang dengan dukungan dan penerapan AI yang bertanggung jawab," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI