"Dengan pinggul yang lebih lebar, perempuan bisa melangkah lebih lebar. Semakin lebar langkah, maka secara metabolisme semakin sedikit energi yang dihabiskan dan semakin jauh jarak yang bisa ditempuh," terang Ocobock.
Ia menegaskan, secara fisiologi, perempuan lebih cocok menjadi pelari maraton ketimbang lelaki.
Sementara dari penelitian arkeologi ditemukan bahwa perempuan dari zaman purbakala juga mengalami cedera, yang diduga dialami akibat berburu dengan cara menyergap binatang buruan.
Para studi itu Ocobock meneliti cara berburu Neandertal dan menemukan bahwa manusia purba itu sering kali menyelinap ke posisi sangat dekat dengan buruan mereka, sebelum menghabisi binatang yang disasar.
"Dari pemeriksaan fosil manusia prasejarah, kami menemukan baik lelaki maupun perempuan mengalami cedera yang sama akibat perburuan seperti itu," terang dia.
Cedera yang dimaksud antara lain luka pada kepala dan dada yang diduga akibat ditendang oleh binatang besar. Juga ditemukan luka bekas gigitan pada tulang.
Sementara itu dalam studi di Peru dari era Holosen - sekitar 10.000 tahun silam- ditemukan banyak perempuan dikubur bersama senjata berburu mereka.
Meski demikian, Ocobock menegaskan bahwa penelitiannya tidak berarti berburu hanya monopoli perempuan.
"Berburu adalah tugas semua orang. Di masa prasejarah, semua orang harus bisa melakukan apa saja untuk bertahan hidup," beber dia sembari menambahkan bahwa hasil studi mereka bertujuan untuk mengoreksi sejarah, bukan untuk mengubahnya. [Science Daily]
Baca Juga: Ulasan Buku Manifesto Perlawanan Perempuan, Suara Lantang Terhadap Patriarki