Suara.com - Presiden Jokowi baru-baru ini meresmikan PLTS Terapung Cirata, pembangkit listrik terapung terbesar di ASEAN. Apa saja keuntungan dan kerugian PLTS ini? Bagaimana pula plus minus PLTS dibanding PLTN dan PLTU?
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) masih belum menjadi pilihan utama sebagai pasokan energi di Indonesia. Saat ini, pasokan energi terbesar di Indonesia didominasi oleh sektor Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang bahan bakarnya menggunakan batu bara.
Kita perlu mengetahui plus minus PLTS dibanding PLTN dan PLTU. Agar bisa memahami kenapa PLTS masih menjadi pasokan energi alternatif saja, bukan sebagai pilihan utama. Padahal PLTS termasuk dalam mendukung industri energi hijau yang ramah lingkungan.
PLTS merupakan pasokan energi yang termasuk ke dalam Energi Baru Terbarukan (EBT) yang memanfaatkan energi matahari sebagai sumber penghasil listrik. Sedangkan PLTU memanfaatkan bahan bakar fosil, utamanya batubara.
Sehubungan dengan hasil Paris Agreement 2015, Indonesia berkomitmen untuk ikut melakukan upaya penurunan emisi gas rmah kaca dan bergerak aktif mencegah perubahan iklim ke arah ekstrim.
Oleh karenanya, Indonesia mulai menurunkan kapasitas pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil seperti PLTU. Yuk, kita ketahui plus minus PLTS dibandingkan PLTN dan PLTU.
Kelebihan PLTS dibandingkan PLTN dan PLTU
Kelebihan pertama dari PLTS ialah sumber bahan bakar yang berlimpah dan takkan punah yakni matahari. Energi surya tidak akan ada habisnya.
Selain itu, kelebihan kedua ialah tagihan listrik bulanan akan turun, sehingga PLTS dapat meminimalkan biaya beban bulanan. Dengan demikian, penghematan anggaran rumah tangga bisa diupayakan.
Baca Juga: Ini PLTU yang Mau Dipensiunkan Dini Oleh Pemerintah
Kelebihan ketiga ialah PLTS bisa menghasilkan lebih banyak listrik. Dengan demikian, ada potensi untuk diekspor ke PLN.