Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mencatat adanya tsunami minor di Pulau Damar dan Banda, Maluku usai terjadinya gempa Tanimbar yang bermagnitudo 7,2 pada Rabu siang (8/11/2023).
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono kepada Suara.com mengatakan berdasarkan pemantauan telah terdeteksi adanya tsunami minor di Pulau Damar dan Banda pada Rabu siang.
"Hasil monitoring muka laut menunjukkan bahwa gempabumi ini memicu terjadinya tsunami minor yang terpantau di Damar dengan ketinggian 39 cm dan di Banda 8 cm," jelas Daryono.
Sebelumnya ia mengatakan BMKG telah mengeluarkan peringatan waspada tsunami usai gempa Tanimbar dengan kekuatan 7,2, meski BMKG secara resmi mengumumkan bahwa gempa tersebut - berdasarkan pemodelan - tidak memicu tsunami.
Baca Juga: Ada Potensi Tsunami Usai Gempa Tanimbar, BMKG Minta Warga Maluku, Sulteng hingga NTT Waspada
Daryono menjelaskan potensi tsunami terkait dengan risiko terjadinya longsoran di bawah laut, seperti yang terjadi pada Gempa Palu di 2018 lalu.
"Ini untuk kewaspadaan terkait longsoran yang dipicu gempa, kemudian terjadi tsunami. Seperti Palu 2018, gempanya sesar geser yang tak lazim memicu tsunami, tetapi longsoran dasar laut akibat gempa kuat tersebut dapat memicu tsunami," beber Daryono.
Potensi tsunami
Sebelumnya Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Djati Cipto Kuncoro meminta warga pesisir Sulawesi Tenggara, Maluku dan NTT untuk mewaspadai potensi tsunami usai terjadinya gempa Tanimbar bermagnitudo 7,2 pada Rabu siang.
Ia mengatakan adanya anomali pada sensor tide gauge membuat pihaknya mewaspadai potensi tsunami.
Baca Juga: Rabu Siang, Gempa M 7,2 Guncang Kepulauan Tanimbar Maluku, Tak Berpotensi Tsunami
"Kepada masyarakat di wilayah pesisir Maluku, Maluku Tengah, Maluku Tenggara, juga di wilayah pesisir Sulawesi Tenggara dan NTT diminta untuk waspada terhadap potensi tsunami dampak gempa magnitudo 7,2 yang berpusat di Laut Banda dengan kedalaman 45 km, " kata Djati.
Djati melanjutkan pihaknya akan terus melakukan monitoring untuk gempa susulan serta anomali sistem waktu data dari Tide Gauge, yakni alat yang berfungsi untuk konfirmasi terjadinya tsunami.
"Kami masih terus melakukan monitoring gempa susulan dan data mengingat ada anomali alat Tide Gauge yang terpasang di Provinsi Maluku," katanya.
Ia menyatakan, imbauan tersebut merupakan peringatan dini untuk kewaspadaan masyarakat sekitar lokasi gempa.
"Ini bentuk kewaspadaan kepada masyarakat mengingat ada anomali dari Tide Gauge dan beberapa gempa susulan, yang dikhawatirkan akan menjadi triger terjadinya longsoran bawah laut," katanya.
Sebelumnya diwartakan gempa berkekuatan 7,2 mengguncang Maluku Barat Daya (MBD) Provinsi Maluku pukul 13.52 WIT, Rabu. Lokasi gempa terletak pada 6.31 Lintang Selatan 129.77 Bujur Timur (154 km Utara Tepa-MBD, 199 km Selatan Banda-Maluku Tengah).
Guncangan gempa bumi dengan magnitudo (M) 7,2 terjadi di Maluku Barat Daya (MBD) dirasakan IV-V MMI di Saumlaki, di Banda IV MMI, di Ambon II MMI.
Gempa susulan
Sejauh ini BMKG sudah mendeteksi tiga gempa susulan usai gempa Tanimbar berkekuatan 7,2 siang tadi. Daryono menyampaikan bahwa magnitudo gempa bumi susulan yang terjadi paling besar 5,6.
BMKG semula menyampaikan gempa bumi yang pusatnya berada di laut pada kedalaman 45 km di koordinat 6,15 derajat Lintang Selatan dan 129,96 derajat Bujur Timur, sekira 255 km arah barat laut Tanimbar, memiliki magnitudo 7,2 dan kemudian memperbaruinya menjadi 7,1.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan (kerak bumi) di dasar Laut Banda," kata Daryono.
Ia mengatakan bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan geser.