Suara.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan kalau hoaks soal Pemilihan Umum alias Pemilu 2024 meningkat 10 kali lipat sepanjang Januari hingga 26 Oktober 2023.
Menkominfo memaparkan, sepanjang 2023 ini sudah ada 98 isu hoaks Pemilu. Sementara tahun 2022 lalu hanya ada 10 hoaks.
"Berarti terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat hoaks dibandingkan tahun lalu," ungkap Budi Arie dalam siaran pers, dikutip Minggu (29/10/2023).
Data dari Kementerian Kominfo sendiri menunjukkan kalau hoaks Pemilu 2024 ini paling banyak ditemukan dari Facebook, aplikasi media sosial yang dimiliki Meta.
Baca Juga: Sempena Hari Sumpah Pemuda, KPU Riau Nobar Film Kejarlah Janji di UMRI
"Catatan kami menunjukkan penyebaran hoaks dan disinformasi terkait pemilu paling banyak ditemukan di platform facebook yang Meta kelola. Saat ini kami telah mengajukan take down 454 konten kepada pihak Meta,” beber dia.
Ia menilai banyaknya hoaks ini harus menjadi perhatian bersama. Sebab keberadaan hoaks mengenai Pemilu atau Pilpres 2024 ini tidak hanya menurunkan kualitas demokrasi, namun berpotensi memecah belah bangsa.
"Sebagai salah satu bentuk information disorder, akibatnya Pemilu yang seharusnya menjadi pesta demokrasi dapat terkikis integritasnya serta menimbulkan distrust (ketidakpercayaan) antar warga," ucapnya.
Lebih lanjut, Budi Arie mencontohkan beragam hoaks Pemilu 2024 yang beredar beberapa waktu belakangan. Misalnya ada Disinformasi Prabowo Gagal Mencalonkan Diri sebagai Presiden Setelah MK Kabulkan Batas Usia.
Contoh lainnya yakni Disinformasi Komisi Pemilihan Umum Menolak Pendaftaran Ganjar Pranowo menjadi Capres karena Ingin Menjegal Anies Baswedan.
Baca Juga: Belum Masa Kampanye, Bawaslu Bantul justru sudah Temukan APS yang Langgar Aturan
"Tidak hanya menyasar para bacapres dan bacawapres. isu hoaks dan disinformasi yang kami temukan turut menyasar reputasi KPU dan penyelenggaraan pemilu untuk menimbulkan distrust terhadap Pemilu kita," pungkasnya.