Suara.com - Perusahaan teknologi Nokia mengumumkan kalau mereka melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 14.000 karyawan. PHK Nokia ini dilakukan demi efisiensi biaya di tengah kondisi ekonomi lesu.
PHK Nokia ini akan berdampak pada berkurangnya 10-15 persen dari total staf mereka yang berjumlah 72.000 hingga 77.000 orang, sebagaimana dilansir dari CNN Business, Jumat (20/10/2023).
Selain itu, PHK tersebut juga membantu perusahaan untuk hemat setidaknya 400 juta Euro atau sekitar Rp 6,7 triliun untuk tahun 2024 dan 1,2 miliar Euro atau Rp 20,1 triliun di tahun 2026 mendatang.
CEO Nokia, Pekka Lundmark mengaku kalau ini adalah keputusan bisnis yang paling sulit diambil oleh perusahaan. Pasalnya ini akan berdampak langsung pada karyawan mereka.
Baca Juga: Curhat Mantan Karyawan Ayah Mirna Salihin, Di-PHK dan Tak Dapat Pesangon
"Kami memiliki pegawai yang sangat berbakat di Nokia, dan kami akan mendukung mereka yang terdampak kebijakan ini," ucap Lundmark.
Pengumuman PHK Nokia ini disampaikan tak lama setelah perusahaan melaporkan laporan keuangan mereka. Per kuartal tiga atau Q3 2023, penjualan Nokia turun 15 persen ketimbang periode yang sama di tahun lalu.
Hal ini disebabkan karena ketidakpastian makroekonomi hingga suku bunga tinggi yang terus menekan pengeluaran perusahaan.
Sementara itu penjualan di bidang mobile network atau jaringan ponsel turun 19 persen di Q3 2023 dari tahun sebelumnya. Ini terjadi karena lambatnya penerapan 5G di dunia, salah satunya di India.
Kendati begitu Nokia optimistis dapat meraup pendapatan di angka 23,2 miliar hingga 24,6 miliar Euro--atau sekitar Rp 390 triliun sampai Rp 413 triliun--sepanjang tahun 2023.
Baca Juga: Badai PHK Datang Lagi, Linkedln PHK 670 Karyawan
“Kami terus percaya pada daya tarik pasar kami untuk jangka menengah maupun panjang,” tandasnya.