Data lain yang diperoleh oleh tim Hypefast menunjukkan bahwa TikTok Shop berkontribusi sekitar 15-18 persen dari total omzet per bulan untuk brand lokal, tergantung dari kategori produk.
Angka ini menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan September 2022, ketika kontribusi TikTok baru mencapai kurang-lebih sebanyak 3 persen.
Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa keuntungan dari penjualan di TikTok Shop justru diklaim lebih rendah 24 persen dibandingkan dengan kanal penjualan lain, seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada.
Hal itu disebabkan oleh dua faktor terbesar yakni demografi pembeli yang lebih muda dan diskon yang diberikan lebih besar.
Salah satu tantangan lain yang dihadapi oleh brand lokal adalah konsistensi dalam menjalankan sesi live shopping.

"Kami harus melakukan live streaming setiap hari selama 4-5 jam. Jika ada satu hari tanpa sesi live shopping, algoritma TikTok akan di-reset. Ini menjadi challenge tersendiri, khususnya bagi pelaku bisnis berskala kecil yang belum bisa konsisten menjalankan sesi live shopping di aktivitas bisnis mereka sehari-hari karena keterbatasan sumber daya," ujar pendiri brand fashion wanita di Bandung.
Uniknya, di dalam ekosistem bisnis Tanah Air, keterbatasan tidak lantas menjadi halangan.
Ketika sebuah perubahan diadaptasi dengan baik, justru dapat membuka kesempatan bagi pelaku bisnis lainnya, seperti misalnya agensi yang menawarkan jasa live shopping.
Kehadiran agensi ini membantu brand lokal yang belum siap membangun studio sendiri atau merekrut tim internal, untuk mengoptimalkan strategi mereka dalam live shopping dan mampu bersaing dengan pebisnis lokal lainnya.
Baca Juga: Profil Miss Endul Tiktok yang Ungkap Siapa Farida Nurhan
"Tren live shopping di Indonesia, khususnya TikTok Shop, tahun ini memang meningkat pesat, baik dari sisi penjual maupun pembeli," kata Jayant Kumar, CEO dan Co-Founder Selleri, sebuah platform dropshipper di Jakarta.