Suara.com - Berawal dari fenomena dominasi produk yang dijual di TikTok Shop ditawarkan dengan harga sangat kompetitif, bahkan di bawah harga pasaran, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi pebisnis lokal.
Pemerintah Indonesia turut mengungkapkan kekhawatiran bahwa harga barang impor dari China yang dijual di TikTok Shop dapat merusak harga domestik, atau dikenal sebagai praktik predatory pricing.
Akibatnya, per tanggal 25 September 2023, pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan resmi untuk memblokir TikTok (sebagai platform media sosial) dan TikTok Shop (sebagai platform social-commerce) agar tidak berada di dalam satu aplikasi.
Sebuah pelopor house of brands berbasis teknologi yang menaungi berbagai brand lokal di Indonesia, Hypefast mencatatkan sebanyak 67 persen brand lokal telah memiliki TikTok Shop.
Dari jumlah tersebut, 88 persen melakukan live streaming setidaknya sekali sehari.
"Dewasa ini semakin banyak brand lokal yang telah memanfaatkan strategi baru live shopping, salah satunya melalui kanal seperti TikTok Shop dan Shopee Live, baik untuk menghabiskan stok lama ataupun memasarkan produk baru," ungkap Adinda Paramita Pandjaitan, VP Men and Women Category Hypefast.

Dia menambahkan, perubahan ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan awal kemunculannya.
Kala itu brand hanya menggunakan marketplace sebagai kanal penjualan saja dan media sosial sebagai kanal untuk memperkenalkan brand mereka pada pasar yang lebih luas.
Seorang pendiri brand kosmetik lokal di Jakarta, dengan omzet lebih dari Rp1 Milyar per bulan, mengungkapkan bahwa TikTok Shop secara spesifik menjadi salah satu kanal penjualan utama yang terbukti efektif menghabiskan stok lama.
Baca Juga: Profil Miss Endul Tiktok yang Ungkap Siapa Farida Nurhan
"Pengguna TikTok pada umumnya lebih muda dan memiliki daya beli yang terbatas. Oleh karena itu, strategi penjualan di TikTok tidak hanya harus menarik, tetapi juga harus menawarkan diskon yang besar," jelasnya.