Kode Sumber League of Legends Dicuri, Riot Games Diperas Hacker Hampir Rp 150 Miliar

Dythia Novianty Suara.Com
Jum'at, 27 Januari 2023 | 09:38 WIB
Kode Sumber League of Legends Dicuri, Riot Games Diperas Hacker Hampir Rp 150 Miliar
League of Legends. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Riot Games mengonfirmasi bahwa kode sumber League of Legends telah dicuri. Peretas menuntut 10 juta Dolar AS (Rp 149,72 miliar) agar tidak disebar luaskan.

Riot Games, yang berada di belakang banyak game populer seperti League of Legends, Teamfight Tactics, dan Valorant, diretas minggu lalu.

Sekarang, penerbit raksasa mengumumkan bahwa dia menerima pesan tebusan tentang serangan itu, tidak akan dibayar perusahaan.

Dalam postingan terbarunya, Riot Games mengonfirmasi bahwa tidak ada data pemain atau informasi pribadi yang disusupi setelah serangan siber, tetapi kode sumber video game League of Legends dan Teamfight Tactics telah bocor.

Baca Juga: Kronologi Website Kominfo Magelang Diretas Hacker Jadi Situs Judi Online

Menurut pernyataan tersebut, file yang disita ini termasuk fitur "eksperimental" yang belum siap dibagikan oleh perusahaan.

Perusahaan tidak membagikan informasi tentang detail serangan dunia maya.

Riot Games. [Shutterstock]
Riot Games. [Shutterstock]

Namun, peretas dilaporkan menuntut uang tebusan 10 juta Dolar AS untuk sistem anti-cheat game dan kode sumber.

“Kami menerima email tebusan hari ini. Tak perlu dikatakan, kami tidak akan membayar,” kata Riot Games dilansir laman expatguideturkey, Jumat (27/1/2023).

Kekhawatiran terbesar Riot Games tampaknya adalah munculnya cheat baru akibat kebocoran kode sumber.

Baca Juga: Duh! Akun Instagram Travel Aa Gym Kena Hack, Bisa Balik Tapi Harus Bayar Rp 25 Juta

Hal ini menimbulkan kekhawatiran oleh perusahaan.

"Saat ini perusahaan sedang bekerja untuk mengevaluasi dampak serangan terhadap anti-cheat dan jika perlu, mendistribusikan perbaikannya sesegera mungkin," tegas Riot Games.

Sementara itu, Boris Larin, Lead Security Researcher di Kaspersky's Global Research and Analysis (GReAT) Team melihat, setelah penyerang mendapatkan akses ke kode sumber game, mereka dapat dengan mudah mempelajari semua fungsi game dan server game.

Bahkan, mempelajari logika game, algoritme rahasia, dan teknologi anti-cheat, yang memungkinkan mereka menemukan kerentanan, membuat cheat dan bot.

Para hacker ini juga meraih kekayaan dengan menjual alat secara curang atau dengan menambang dan menjual mata uang dalam game, melewati aturan yang ditetapkan oleh pengembang game, sekaligus merusak pengalaman pemain lain.

Perlu dicatat bahwa penyerang di balik serangan siber meminta uang tebusan $10 juta dari Riot Games.

Ilustrasi hacker. (Suara.com/Rochmat)
Ilustrasi hacker. (Suara.com/Rochmat)

"Patut diapresiasi bahwa perusahaan telah memutuskan untuk tidak membayar uang tebusan," ujarnya.

Pasalnya, dia menambahkan, membayar uang tebusan tidak menjamin pengembalian file yang aman dan andal, dan itu hanya mendorong pembuat malware untuk melanjutkan operasinya, sehingga meningkatkan potensi risiko reputasi dan keuangan.

"Mengikuti aturan dari para penjahat dunia maya bukanlah ide yang baik dan hanya meningkatkan potensi risiko reputasi dan finansial kedepannya,” tukasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI