Perusahaan Taiwan Ciptakan Alat yang Ungkap Alasan Mengapa Bayi Menangis

Sabtu, 07 Januari 2023 | 18:29 WIB
Perusahaan Taiwan Ciptakan Alat yang Ungkap Alasan Mengapa Bayi Menangis
Ilustrasi bayi yang merasa tidak nyaman dengan keadaan matanya (Freepik/rawpixel.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perusahaan teknologi asal Taiwan, telah memproduksi alat yang dapat menganalisis penyebab tangisan bayi untuk mempermudah orang tua apa yang dinginkan bayi mereka.

Melansir Metro, Sabtu (7/1/20223), perangkat yang diberi nama Q-bear ini dilengkapi dengan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mengungkap mengapa bayi menangis.

Dengan bekal yang dimiliki, perangkat bisa membedakan penyebab tangisan bayi akibat lapar, popok basah, mengantuk atau ingin dibujuk. Q-bear juga dapat mendeteksi tingkat ketidaknyamanan bayi agar orang tua dapat lebih memahami situasi kesehatan anak mereka.

Menurut situs web perusahaan, cuku diletakkan di boks atau diposisikan tidak jauh dari bayi. Para orang tua juga tidak perlu khawatir, karena material bahan yang digunakan diklaim aman untuk bayi.

Baca Juga: Duh! Cuma Andalkan Teknologi Pengenal Wajah, Polisi Salah Tangkap Pencuri Tas Mewah

Perangkat akan menganalisis tangisan bayi untuk menentukan satu dari empat kebutuhan dari 'indeks ketidaknyamanan'. Terjemahan Q-bear akan dirilis dalam waktu 10 detik setelah bayi menangis.

Selain itu, perangkat juga dapat mengidentifikasi apakah bayi mengantuk atau tidak nyaman untuk kemudian memutarkan musik secara otomatis.

Ilustrasi bayi menangis (Pexels.com/Antoni Shkraba)
Ilustrasi bayi menangis (Pexels.com/Antoni Shkraba)

Misalnya, dapat secara otomatis memainkan ritme dodoi atau suara seperti rahim yang dipatenkan dan beralih ke mode lampu bantuan tidur jika bayi menangis karena kelelahan.

Perangkat yang dapat menganalisa penyebab tangisan bayi ini disebut memiliki keakuratan hingga 90 persen.

Baca Juga: Tilang Manual Diusulkan Diterapkan Lagi, Teknologi Tilang Elektronik Diklaim Kurang Efektif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI