Picu Polemik BRIN vs BMKG, Erma Yulihastin Jelaskan Penggunaan Istilah Badai Dahsyat

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 30 Desember 2022 | 20:19 WIB
Picu Polemik BRIN vs BMKG, Erma Yulihastin Jelaskan Penggunaan Istilah Badai Dahsyat
Peneliti BRIN Erma Yulihastin mengatakan penggunaan istilah badai dahsyat dalam prakiraan cuaca ekstrem di Jabodetabek akhir 2022 untuk menggantikan istilah yang kurang dimengerti orang awam. Foto: Warga mengantre untuk mendapatkan takjil gratis di Jalan Cempaka Putih Tengah XXI, Jakarta, Selasa (5/4/2022). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin pada Jumat (30/12/2022) menjelaskan alasannya menggunakan istilah badai dahsyat saat mengumumkan hasil analisisnya terkait cuaca di Jabodetabek pada akhir 2022.

Istilah badai dahsyat yang digunakan Erma dan ramai dikutip media tersebut belakangan ditepis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Polemik antara BRIN dan BMKG kemudian ramai ditanggapi oleh warganet Indonesia, yang rata-rata mempersolkan penggunan istilah badai oleh Erma.

Erma, seperti dikutip dari Facebook, menjelaskan bahwa penggunaan istilah badai dahsyat untuk menggantikan istilah ilmiah dua jenis badai di Laut Jawa dan Samudera Hindia.

Dua jenis badai itu adalah Badai Derecho/Squall Line dan Badai MCC. Keduanya, jelas Erma, sedang intensif tejadi di Laut Jawa dan Samudra Hindia, serta bergerak ke arah Jabodetabek.

Baca Juga: Ada 10.792 Kali Gempa di Indonesia Sepanjang 2022

"Bukan badai dalam pemahaman awam seperti halnya badai tornado, karena tidak mungkin terbentuk tornado di wilayah Indonesia," jelas Erma.

Lebih lanjut Erma membeberkan bahwa kedua badai tersebut memang benar terjadi sesuai dengan hasil prediksi Sadewa atau Satellite Disaster Early Warning System, sebuah sebuah sistem informasi peringatan dini bencana terkait kondisi atmosfer ekstrem yang didukung satelit dan model dinamika atmosfer.

"Dampak kedua badai tersebut berupa hujan ekstrem dan persisten di wilayah tertentu yaitu Cilegon. Wilayah lainnya seperti Tangerang dan sekitarnya terbukti mengalami hujan intensitas lebat. Sementara wilayah di Jakarta dan lainnya mengalami hujan sedang hingga lebat," terang Erma.

Erma juga mengatakan bahwa imbauan terkait badai dahsyat yang disebarkannya via media sosial itu adalah bentuk dukungan terhadap peringatan BMKG akan adanya potensi cuaca ekstrem di Jabodetabek pada akhir tahun 2022.

"Sebagai periset klimatologi, konsentrasi studi yang saya lakukan selama ini adalah mengenai perilaku hujan yang memicu extreme event dengan dampak meluas, seperti: banjir di Jakarta/Jabodetabek yang bisa dipicu oleh perilaku hujan ekstrem yang persisten (lebih dari 6 jam)," imbuh dia.

Baca Juga: Profil Erma Yulihastin, Tokoh BRIN yang Umumkan Badai Dahsyat Ancam Jabodetabek

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI