Suara.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan sejumlah alasan kenapa cuaca ekstrem makin sering terjadi di Indonesia. BMKG pun telah mengeluarkan peringatan soal cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi jelang akhir tahun.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi mengatakan kalau cuaca ekstrem terjadi karena dua faktor. Pertama karena memang fenomena alami, kedua adalah ulah manusia.
"Jadi cuaca ekstrem itu sebetulnya sesuatu yang alami. 5 persen dari kejadian itu tergolong ekstrem, itu memang tidak bisa dihindarkan. Jadi secara alami terjadi ekstrem dan kita perlu beradaptasi dengan itu," katanya dalam diskusi virtual BRIN bertajuk Waspada Cuaca Ekstrem, Rabu (28/12/2022).
Selain faktor alam, Didi menyebut kalau penyebab cuaca ekstrem semakin bertambah karena perbuatan manusia. Faktor utamanya adalah pemanasan global, yang mana pembakaran bahan bakar fosil berlebih menyebabkan perubahan iklim.
"Perubahan iklim itu pada dasarnya meningkatkan siklus hidrologi," lanjutnya.
Ia menganalogikan perubahan iklim itu seperti halnya motor. Apabila mesin motor digas, maka rodanya pun berputar lebih cepat.
Nah mesin itu diibaratkan dia seperti Matahari. Apabila panasnya makin bertambah karena gas rumah kaca, maka siklus hidrologi akan berputar lebih cepat.
"Karena lebih cepat artinya lebih besar penguapan, lebih intens, lebih deras hujannya, lebih basah, sekaligus lebih kering," imbuhnya.
Faktor lain yang dibeberkan Didi adalah bertambahnya populasi. Semakin banyak orang, maka manusia akan mengubah tata guna lahan di perkotaan yang berakibat pada turunnya lingkungan.
Baca Juga: Siap-siap! BMKG Beri Peringatan Potensi Cuaca Ekstrem Jabodetabek, Puncaknya 30 Desember 2022
"Itu semuanya meningkatkan dari bencana dan kondisi ekstrem ini," tegasnya.