6 Perkembangan Teknologi di Ruang Iklan DIgital Sepanjang 2022

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 25 Desember 2022 | 07:30 WIB
6 Perkembangan Teknologi di Ruang Iklan DIgital Sepanjang 2022
Ilustrasi Digital Marketing (Unsplash/Carlos Muza)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekosistem digital terus berkembang setiap tahunnya, sehingga berdampak pada cara kita beriklan seperti dalam iklan digital.

Hal itu pun menghadirkan tantangan tersendiri dan diubah menjadi peluang oleh generasi muda saat ini.

COO Xapads Media, Ramneek Chadha membahas beberapa hal yang patut diperhatikan baik dari sudut pandang Ekonomi/Industri dan Teknologi di ruang iklan digital, sepanjang 2022.

Bangkitnya teknologi Web 3.0 dan Metaverse

Baca Juga: SEJARAH HARI INI: Melihat Relevansi Penggunaan Tank di Era Pertempuran Modern

Saat Web 3.0 dikonseptualisasikan pada tahun 2014, kemudian mulai diadopsi secara berlanjut pada 2021 menjadikan 2022 sebagai masa cemerlangnya.

Di mana, banyak istilah baru yang merambah ke domain utama seperti Blockchain, Desentralisasi, DAO, NFT, dan lain-lain.

“Kami melihat bahwa sekarang ini terdapat minat pada brand untuk menjalankan komunikasinya dengan mengadopsi platform metaverse yang berorientasi pada pengalaman dibandingkan dengan format iklan spanduk atau video standar," Ramneek.

Ilustrasi Metaverse. [Freepik]
Ilustrasi Metaverse. [Freepik]

Meski masih dalam tahap awal, menurutnya, adopsi pengguna ke platform tersebut akan meningkat secara eksponensial sehingga memaksa brand untuk menyusun ulang strategi pemasaran digital mereka.

Dunia Tanpa Cookie

Baca Juga: Pasar Potensial Iklan Digital, Admattic Lebarkan Sayap ke Indonesia

Iklan digital dan cookie bisa diibaratkan seperti dua tangan dalam satu sarung tangan.

Sejak dimulainya pemasaran digital, para brand & Ad-Tech Platform sangat bergantung pada dua komponen tersebut untuk bisa membangun segmen audiens, dan menargetkan ulang pelanggannya.

Google menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dari hal ini, meskipun kini muncul gagasan untuk menghilangkan cookie pihak ketiga pada akhir 2023.

“Tanpa data dari pihak pertama atau pihak ketiga yang berbasis pada cookie, mengakibatkan brands & Ad-Tech Platforms kesulitan menargetkan konsumen yang tepat bagi mereka," dia menambahkan.

Ramneek melihat, sebagian besar perusahaan Ad-Tech berinvestasi besar-besaran untuk mematuhi kebijakan Google. Mereka bersiap untuk masa depan tanpa cookie.

Multisaluran/Omnichannel

Di dunia serba hybrid saat ini, orang-orang hidup secara offline dan online. Oleh sebab itu, penting untuk memahami pengaruh iklan digital pada penjualan secara offline ataupun sebaliknya.

Ilustrasi bekerja dari rumah. [Pexel/Andrea Piacquadio]
Ilustrasi bekerja dari rumah. [Pexel/Andrea Piacquadio]

Lebih dari itu, penting juga untuk mengidentifikasi dan menargetkan pengguna yang sama di kedua saluran tersebut sehingga bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan dan meraih ROAS yang lebih tinggi.

Mulai dari brands, pengiklan dan Ad-Tech platform banyak berinvestasi untuk mengatasi tantangan ini sepanjang tahun dan menghasilkan beberapa keberhasilan.

Crypto Meltdown

“Kami melihat lonjakan pengeluaran untuk iklan digital yang dilakukan oleh bisnis berbasis kripto selama 2021-2022 dan menjadi salah satu pembelanja paling atas iklan digital sepanjang 2022," katanya.

Namun, dia menambahkan, dengan adanya pengetatan aturan dari pemerintah dan bank sentral secara global, pihaknya menilai bahwa kripto akan mengalami penurunan pada paruh kedua tahun ini.

Bukan tanpa sebab, kapitalisasi pasar cryptocurrency mengalami penurunan hingga lebih dari 70 persen.

Hal itu kemudian bisa menyebabkan penghentian secara tiba-tiba dalam aktivitas pemasaran oleh perusahaan berbasis kripto.

Gaming

Di lain sisi, Ramneek juga melihat adanya dorongan secara eksponensial pada segmen gaming vertical selama pandemi.

Ilustrasi main game di ponsel. (DrMedYourRasenn / Pixabay)
Ilustrasi main game di ponsel. (DrMedYourRasenn / Pixabay)

Banyak yang berpikir bahwa hal ini terjadi karena model kerja hybrid yang diterapkan pada awal pandemi, sehingga akan berubah saat kestabilan tercapai pada tahun-tahun mendatang.

Tapi, anggapan itu ternyata berlawanan dengan pertumbuhan segmen tersebut yang terus berlanjut hingga 2022, di mana perusahaan game menjadi salah satu pembelanja iklan paling atas pada tahun ini.

5G & OTT/CTV

Banyak negara yang melihat implementasi jaringan 5G sepanjang tahun ini karena memiliki kecepatan hingga 20 kali lipat lebih unggul dari jaringan 4G.

Walhasil, terjadi lonjakan konsumsi konten secara tiba-tiba di seluruh dunia. Dengan persentase yang jauh lebih tinggi, kini banyak orang yang mengkonsumsi konten video melalui platform live streaming, OTT & Streaming.

Kemudian juga, sejumlah acara olahraga juga disiarkan melalui platform live streaming itu, sehingga mendorong pengguna yang jauh lebih banyak di sana.

Konsumsi konten-konten video melalui smartphones & smart-devices akhirnya memicu minat brands ataupun pengiklan untuk menjalankan iklan video melalui platform itu.

Oleh sebab itu, ada peningkatan secara eksponensial dalam pembelanjaan iklan pada platform tersebut.

"Banyak brands, pengiklan dan Ad-Tech platforms yang kini berinvestasi besar-besaran untuk memenuhi standar. Khususnya dalam memberikan ROAS yang lebih tinggi bagi brand agar bisa tetap relevan bagi setiap segmen,” tandas Ramneek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI