Suara.com - Aktor Hollywood Samuel L Jackson sedang jadi sorotan di media sosial ia terpergok me-Like video bokep di Twitter dengan akun resminya yang bercentang biru.
Lelaki berusia 74 tahun itu tertangkap basah oleh seorang pengguna Twitter dengan akun @upblissed telah me-like sejumlah besar video porno di Twitter.
"Tolong bilangin @SamuelLJackson bahwa Like di-akunnya bisa dilihat publik," cuit akun dengan nama Corn itu, sembari me-mention akun Jackson yang punya lebih dari 9 juta follower.
Cuitan peringatan untuk Jackson itu sudah mendapat lebih hampir 90.000 Like, di-retweet lebih dari 4000 kali dan mendapat kometar ribuan kali.
Baca Juga: Youtube Tutup Channel Bokep Pornhub
Beberapa pengguna Twitter bahkan memotret cuplikan video bokep yang sudah di-Like oleh Jackson.
"Bro, dia lupa mengganti akun," sindir seorang pengguna Twitter.
"Jangan ganggu dia," cuit pengguna Twitter yang lain.
"LOL," reaksi pengguna lain.
Saat berita ini ditayangkan, video-video porno tersebut sudah tak ada lagi di tab Like akun Twitter Jackson. Aktor gaek tersebut juga tak berkomentar soal insiden tersebut.
Baca Juga: Sinopsis The Hitman's Bodyguard, Duet Ryan Reynolds dan Samuel L. Jackson
Jackson bukan satu-satunya pesohor yang pernah tertangkap basah mengakses bokep di media sosial. Di Indonesia ada politikus Gerindra Fadli Zon dan mantan Menteri Kominfo dari PKS, Tifatul Sembiring yang akun Twitter-nya pernah me-Like bokep.
Fadli, yang akun Twitter-nya tertangkap me-Like video bokep pada Januari 2021 lalu, mengatakan jempol digital di media sosial itu adalah ulah admin.
Sementara akun Twitter Tifatul Sembiring ketahuan me-Like bokep pada 2014 saat masih menjabat sebagai Menteri Kominfo. Ironisnya salah satu program andalan Tifatul saat itu memberantas pornografi dari internet.
Tifatul Sembiring ketika itu beralasan ia tidak sengaja memencet tombol Like saat memeriksa akun yang diadukan oleh warganet.
Samuel L Jackson sendiri belum memberikan tanggapan atas insiden melibatkan video bokep di Twitter itu. Mungkin ia perlu belajar pada Fadli Zon dan Tifatul Sembiring untuk mencari alasan.